Jumat, 12 Februari 2016

Dear Son...Dear Daughter.....



My Son,..

Pada suatu saat dikala kamu menyadari bahwa  aku telah menjadi sangat tua, cobalah berlaku sabar dan cobalah mengerti aku.

Jika banyak makanan yang tercecer dikala aku makan….…
Jika aku mendapat kesulitan dalam mengenakan pakaianku sendiri………
sabarlah !

Kenanglah saat-saat dimana aku meluangkan waktuku untuk mengajarimu tentang segala hal yang kau perlu tahu, ketika kau masih kecil.

Jika aku mengulang mengatakan hal yang sama berpuluh kali, jangan menghentikanku! Dengarlah aku !
Ketika kau kecil, kau selalu memintaku membacakanmu cerita yang sama berulang-ulang, dari malam yang satu ke malam yang lain hingga kau tertidur. Dan aku lakukan itu untukmu !

Jika aku enggan mandi, jangan memarahiku dan jangan katakan kepadaku bahwa itu memalukan.
Ingatlah berapa banyak pengertian yang kuberikan padamu menyuruhmu mandi dikala kecilmu.

Aku mengajarimu banyak hal …. Cara makan yang baik……cara berpakaian yang baik…….berperilaku yang baik………..bagaimana menghadapi problem dalam kehidupan…..

By seeing my ignorance towards the new technologies, do not laugh of me but leave me rather the time to understand

Jika terkadang aku menjadi pelupa dan aku tidak dapat mengerti dan mengikuti pembicaraan, beri aku waktu untuk mengingat dan jika aku gagal melakukannya jangan sombong dan memarahiku, karena yang penting bagiku adalah….
aku dapat bersamamu dan dapat berbicara padamu.

Jika aku tak mau makan, jangan paksa aku !
Aku tahu bilamana aku lapar dan kapan aku tak lapar.

Ketika kakiku tak lagi mampu menyangga tubuhku, untuk bergerak seperti sebelumnya…..
Bantulah aku dengan cara yang sama ketika aku merengkuhmu dalam tanganku, mengajarimu melakukan langkah-langkah pertamamu……

Suatu hari kelak kau akan mengerti bahwa di samping semua kesalahan yang aku buat, aku selalu ingin apa yang terbaik bagimu dan bahwa aku siapkan dasar bagi perkembangan dan kehidupanmu kelak.
Kamu tak usah merasa sedih, tidak beruntung atau gagal di hadapanku melihat kondisiku dan usia ku yang sudah bertambah tua.

Kau harus ada didekatku, mencoba mengerti aku bahwa hidupku adalah bagimu, bagi kesuksesanmu, seperti apa yang kulakukan pada saat kau lahir.
Bantulah aku untuk berjalan, bantulah aku pada akhir hidupku dengan cinta dan kesabaran.

Satu hal yang membuatku harus berterimakasih padamu adalah senyum dan kecintanmu padaku.
Aku mencintaimu anakku………


Ayahmu, Mamamu

Rabu, 10 Februari 2016

Mengalahkan Kemalasan (Malas)




Malas adalah penyakit yang bisa melanda orang di mana pun dan kapan pun. Biasanya kemalasan muncul untuk menghindar dari tanggung jawab yang harus dilakukan. Untuk menghindari tanggung jawabnya itu, orang malas akan mencari pelarian dengan hal-hal yang menyenangkan seperti ngegame, nonton TV, film atau kegiatan hiburan yang lainnya secara berlebihan.

Selain itu malas akan berakibat buruk pada siapa saja yang dijangkitinya. Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam kategori rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll. Jika rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan.

Apabila hal ini dibiarkan maka akan menjadi siklus. Dan masalah akan menumpuk sehingga orang malas akan semakin malas. Siklus ini perlu diputuskan agar seseorang kembali menemukan makna hidup dan berani menerima tanggung jawabnya. Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental.

Mengapa disebut penyakit mental? Disebut demikian karena akibat buruk dari rasa malas memang sangat merugikan. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh individu- individu yang malas jelas tidak akan pernah maju. Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan.

Kemalasan adalah musuh produktivitas. Jika kita malas, tidak ada cara lain kita bisa mencapai hal-hal yang berarti. Kita mungkin menunda-nunda melakukan sesuatu, atau bahkan jika kita melakukannya, kita melakukannya dengan setengah hati. Hasil berkualitas tinggi tidak akan tercapai dengan cara-cara seperti itu. Lantas bagaimanakah bisa mengalahkan kemalasan itu sendiri? Bagaimanakan memutuskan siklus tidak sehat ini dalam kehidupan sehari - hari?

1. Jangan beri alasan untuk menjadi malas!
Anda malas tentu ada sebabnya, untuk itu cobalah cari tahu sebabnya kenapa anda menjadi malas dan setelah itu coba menghindari faktor-faktor tadi yang akan membuat anda menjadi malas. Selain itu jangan berikan alasan pada diri sendiri untuk menjadi malas, cobalah mengkondisikan diri menjadi orang yang disiplin dan terlihat sibuk untuk melakukan sesuatu. Mungkin anda bisa melakukan hal - hal di luar rutinitas keseharian anda sehingga anda akan terbiasa untuk melakukan sesuatu kapan pun dan dimanapun sehingga penyakit malas ini akan sulit berkembang. Jangan pernah beri kesempatan sedikitpun anda untuk malas - malasan, waktu sangatlah berharga dan tentunya tidak dapat diputar kembali kebelakang.

2. Kembangkan talenta dan kreatifitas
Biasanya orang akan menjadi malas karena tidak ada yang harus dilakukan, untuk itu jangan biarkan penyakit malas ini menghinggapi anda, banyak aktifitas yang bisa anda lakukan dan akan terasa menyenangkan. Untuk itu berpikirlah lebih kreatif dan mencoba menemukan hal-hal baru yang tentunya menarik untuk dilakukan sehingga anda menjadi terbiasa untuk beraktifitas dan menjadi orang yang aktif dalam segala hal. Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan-tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Anda juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

3. Disiplin diri, komitmen dan membuat tujuan
Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja? Sebaliknya, jika anda terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasaran PHK. Jika anda lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada anda. Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.

4. Pergaulan dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama- lama dengan para orang malas dan pesimistik. Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total. Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia-manusia optimis, self-motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.

5. Pikirkan tentang apa yang akan terjadi jika anda tidak melakukannya
Bayangkan apa konsekuensi jika anda tidak melakukan apa yang seharusnya anda lakukan gara-gara anda pemalas? Sekali lagi anda harus tegaskan, karena anda sendiri yang bertanggung jawab atas hidup pribadi anda, bukanlah orang lain. Punya rasa malas itu, pada akhirnya hanya berakibat penyesalan! Benar-benar menyeramkan deh, kalau mau membayangkan seperti apa akibatnya hidup dalam depresi yang ditimbulkan dari rasa sesal tersebut.

Dengan melakukan ha-hal yang benar pada saat ini, maka anda mulai meninggalkan kemalasan-kemalasan yang tidak perlu. Kita bisa karena biasa. Biasakanlah untuk melakukan hal-hal yang benar pada saat ini, niscaya secara tidak kita sadari kita mulai meninggalkan sifat malas. Dan membuat hidup lebih bergairah serta bermakna. Tidak ada waktu terlambat untuk memulai! Memang hal yang paling sulit adalah untuk memulai - tetapi sisanya akan menjadi lebih mudah. Jadi tetapkan sedikit waktu, seperti 15 menit atau bahkan 5 menit, dan mulailah mengerjakan tugas sampai waktunya habis. Setelah itu, akan lebih mudah memutuskan untuk melanjutkan. Semangat dan jangan pernah menyerah!


Kunci dari kesuksesan adalah rajin belajar pada saat orang lain sedang tidur, rajin bekerja pada saat orang lain sedang malas, mempersiapkan diri pada waktu orang lain bermain-main, dan memiliki mimpi disaat orang lain memiliki keinginan.

Ketika Hatimu Lelah


Suatu ketika……….
Saat hatimu mulai lelah dalam
berdoa
Ingatlah saat Tuhan tak Henti
mendengarkan jeritan Doa-
doamu

Dia pun memenuhi segala
kebutuhanmu

Maka nikmat Tuhan Manakah
yang kamu dustakan??

Maka jangan pernah berhenti
berdoa
Teruslah bertahan,tetapl ah
berharap
Karena Doa itu akan menjadi
ladang amalmu kelak

Suatu ketika……..
Saat hatimu mulai lelah dengan
keadaan yang ada
Ingatlah saat Tuhan tak henti
menemanimu,

Bahwa Dia akan slalu bersama
orang-orang yang Sabar
Tiada pernah memberimu
sesuatu diluar kemampuanmu

Maka nikmat Tuhan manakah
yang kamu dustakan?

Maka tetaplah tegar melangkah
dalam kesabaran
Seperti Maha Penyangnya Allah
padamu
Yang tiada lelah mengampuni
hamba-Nya yang berbuat khilaf
dan berdosa

Suatu Ketika………
Saat hatimu mulai lelah dalam
memberi
Ingatlah Tuhan,bahwa dia tak
pernah lelah memberi terhadap
hamba-Nya

Walau terkadang hamba-Nya lalai
dalam perintah-Nya
Maka Nikmat Tuhan manakah
yang kamu dustakan?
Tetaplah memberi walau hanya
dalam Senyum sederhana
Karena Sedekah itu tidaklah
harus berupa materi
(( ^_^))

Suatu ketika………
Saat hatimu mulai lelah dalam
memaafkan

Ingatlah Allah yang tiada pernah
lelah Memaafkan hamba-Nya
Patutkah kita menyombongkan
diri?

Sementara Tuhan yang
Menciptakan kita
Begitu Maha Penyantun Dan
Pemaafnya

Maka Nikmat Tuhan manakah
yang kamu dustakan?

Tetaplah memaafkan
Karena kemaafan itulah salah
satu cara melapangkan hati dari
belenggu kebencian

Saat hati mulai lelah
Sandarkan selalu pada Dia yang
memiliiki hatimu
Pada dia yang Slalu menjagmu
siang dan Malam

Yang tiada pernah lelah
Mendengar keluhan kita
Mendengar rengekan kita
Tiada lain Hanya Allah semata

--------------- ---------------
--------------- ---------------
--------------- --

"Sesungguhnya orang-orang yg
beriman dan mengerjakan
kebajikan dan Merendahkan diri
kepada Tuhan,Mereka
itu,penghuni surga,mereka kekal
didalamnya"(Q.S Hud:23)

( ya Allah,smoga kami termasuk
salah satu penghuni tmpat
terbaikMu itu .Aamiin)

Jangan Sombong : Siapa Dirimu ?



Sahabat yang baik hati
Satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT
adalah sombong.

Sombong adalah menganggap dirinya paling kaya,
paling pintar, paling sukses, paling cantik, paling tampan,
paling bijaksana, paling dermawan, dan paling beriman,
seakan akan surga hanya untuk dirinya sendiri.

Allah melarang kita untuk sombong:

”Dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi ini dengan sombong,

karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]

Allah benci dengan orang-orang yang sombong:

”Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]

Nabi berkata bahwa orang yang sombong
meski hanya sedikit saja niscaya tidak akan masuk surga:

Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Tidak akan masuk surga, seseorang
yang di dalam hatinya ada sebiji atom
dari sifat sombong”.

Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw:

“Sesungguhnya seseorang menyukai

kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt
adalah Maha Indah dan menyukai keindahan.
Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran
dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim].

Nabi juga berkata bahwa orang yang sombong
niscaya akan disiksa oleh Allah di akhirat nanti:

Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa’id,
Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman;
Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong
adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan
keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. [HR Muslim]

(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu
ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu
kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk
tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min:76]

Abi Salamah meriwayatkan bahwa
Abdullah bin Amr bertemu dengan
Ibn Umar di Marwah.

Keduanya kemudian turun dan berbicara
satu sama lain. Selanjutnya Abdullah
bin Amr berlalu dan Ibn Umar
duduk sambil menangis tersedu-sedu.

Ketika ditanya tentang apa
yang membuatnya menangis,
beliau menjawab: “Laki-laki ini
(yakni Abdullah bin Amr)
telah mengaku bahwa dia
mendengar Rasulullah Saw

bersabda: “Barang siapa yang di dalam hatinya
ada sebiji atom dari sifat sombong, maka Allah Swt
akan menimpakan api neraka ke arah wajahnya”.

Dari hadits di atas cukuplah bagi kita
untuk menyadari bahwa sifat sombong
sangat berbahaya bagi kita.

Imam Ghazali dalam kitabnya, ”Ihya’ ’Uluumuddiin”
menulis bagaimana mungkin manusia bisa bersifat sombong
sementara dalam dirinya terdapat 1-2 kilogram kotoran yang bau?

Terkadang orang sombong karena kekayaannya.
Siapa orang terkaya di dunia? Qarun dulu sangat kaya.
Perlu 7 orang yang sangat kuat hanya untuk mengangkat
”KUNCI-KUNCI” gudang kekayaannya
yang berisi emas permata.

Namun yang patut diingat, ketika orang yang disebut kaya
itu lahir mereka tidak memiliki apa-apa. Ketika mati juga
tidak membawa apa-apa kecuali kain yang melekat di badan.
Pada saat mati tidaklah berguna segala harta
dan apa yang telah mereka kerjakan.

”Tidaklah berguna baginya harta bendanya
dan apa yang ia usahakan.” [Al Lahab:2]

Sebagaimana Qarun, harta yang kita miliki tak lain milik Allah
yang dititipkan kepada kita. Ketika kita mati kita akan berpisah
dengan ”harta” kita.

”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” [Al Maa-idah:120]

Sering orang sombong karena kekuasaan atau jabatan.
Padahal kekuasaan dan jabatan juga tidak kekal.
Ketika mati, maka kekuasaan pun hilang.
Kita diganti dengan yang lain.

”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang
 yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan
orang yang Engkau kehendaki.

Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” [Ali ’Imran:26]

Sahabat..

Fir’aun raja Mesir yang sombong
saat ini telah menjadi mayat yang tidak berdaya.
Alexander the Great atau Iskandar Agung
yang kerajaannya meliputi sebagian Afrika,
Eropa, dan Asia saat ini tinggal tulang-belulang belaka.

Hanya Allah Maha Perkasa yang tetap kekal
dan hidup abadi selama-lamanya.
 Lalu apa yang membuat manusia
pantas untuk merasa sombong?

Ada juga orang yang sombong karena wajahnya
yang cantik dan rupawan. Padahal ketika tua,
maka mukanya akan jelek dan keriput.
Ketika sudah dikubur, maka wajahnya
hanya akan tinggal tulang tengkorak belaka.
Pantaskah manusia untuk bersikap sombong?

Ada lagi yang sombong karena kekuatannya
atau badannya yang kekar. Kita saksikan Samson
yang dulu sanggup mengalahkan singa
dengan tangan kosong kini sudah terbujur dalam tanah.

Muhammad Ali yang dulu sering membanggakan diri
sebagai yang terbesar (I am the Greatest) kini lemah terkena penyakit
Parkinson. Begitu tua orang sekuat apa pun akan jadi lemah.
Begitu mati dia sama sekali tidak berdaya.

Allah mengingatkan bahwa manusia diciptakan
dari air mani yang tidak berharga.
Pantaskah manusia bersikap sombong?

”Dan apakah manusia tidak memperhatikan
bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani,
maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” [Yaa Siin:77]

Dari tulisan di atas jelas bahwa tidak ada alasan
bagi manusia untuk bersikap sombong.
Ancaman neraka bagi orang yang sombong
meski hanya sekecil atom hendaknya membuat kita
jadi orang yang rendah hati.

Memang tidak ada orang yang sempurna
dalam hidup yang kita jalani ini.
tetapi menghapus rasa sombong dalam diri
adalah hal yang mutlak yang harus kita
lakukan sepanjang hidup kita di dunia ini..

Semoga kita menjadi pribadi yang rendah hati
baik kepada sesama manusia, dan tidak pernah
menyakiti mereka.

Amin Ya Rabbal Alamin,,,

Tidak Perlu Menangis













Tidak perlu engkau tangisi apa yang hilang darimu,
tapi menangislah bila engkau mendapatkan sesuatu yang indah dengan cara yang gundah.
Kehilangan itu untuk mengurangi bebanmu di akhirat kelak, sedangkan kenikmatan yang berselimut dusta hanya akan membebanimu di dunia dan akhirat.

Ingat selalu rumusnya, setiap fasilitas dan kesenangan di dunia ini hanyalah penambah beban dan tanggung jawabmu di akhirat, kecuali engkau telah membayar semua fasilitas itu dengan kerja keras, kerja tegas, dan kerja ikhlas. Hidup ini selalu adil, jangan cemburu dengan kekayaan orang lain, sebab semakin kaya pasti semakin besar beban hidupnya, semakin berat tanggung jawabnya.

SHODAQOH sebagai PELEBUR DOSA dan PENANGKAL MUSIBAH

Keutamaan Shodaqoh


Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata: Nabi SAW bersabda tentang apa yang beliau terima dari Allah : “Seorang hamba Allah berbuat dosa, lalu berdoa: Wahai Tuhanku! Ampunkanlah dosaku. Allah SWT berfirman: Hamba-Ku telah melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau menghukumnya karena dosanya. Kemudian hamba Allah tersebut kembali melakukan dosa, lalu berdoa: Wahai Tuhanku! Ampunkanlah dosaku. Allah berfirman: Hamba-Ku melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau menghukumnya karena dosanya. Kemudian hamba Allah tersebut kembali melakukan dosa, lalu berdoa: Wahai Tuhanku! Ampunkanlah dosaku.

Allah berfirman: Hamba-Ku melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau menghukumnya karena dosanya. Oleh karena itu berbuatlah sesukamu, Aku akan ampuni dosamu. Hamba tersebut berkata: Aku tidak tahu sehingga yang ketiga kalinya atau yang keempat kalinya aku meminta ampunan, tetapi Allah tetap berfirman: Berbuatlah sesukamu, Aku tetap akan mengampuni dosamu.
  • Riwayat Bukhari di dalam Kitab Tauhid hadits nomor 6953
  • Riwayat Muslim didalam Kitab Taubat hadits nomor 4953

BENAR ! …. Meski Allah akan dan selalu mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang beriman karena Allah Maha Pengampun, akan tetapi yang tidak banyak diketahui hamba-Nya, bahwa pengampunan dosa tersebut terkadang harus ada syaratnya, yakni KAFAROT (peleburan dosa), padahal kafarot tersebut seringkali diturunkan dalam bentuk MUSIBAH atau UJIAN HIDUP manakala orang yang mau bertaubat itu tidak suka bershodaqoh.

Tentang KAFAROT atau peleburan dosa ini Allah menegaskan dengan firman-Nya :

  • ”Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya”.(QS.Al-Ma’idah/45)
Disamping musibah dan ujian hidup itu sebagai kafarot, sesungguhnya juga bertujuan sebagai pelajaran bagi yang mampu mengambil hikmahnya. Namun oleh karena tidak semua hati orang beriman siap menerima musibah, kebanyakan lebih memilih senang daripada susah, maka dengan musibah itu bisa jadi malah menjadikannya semakin terjebak dalam dosa. Itu apabila musibah tersebut tidak mampu diterima dengan hati selamat hingga berkembang menjadi fitnah yang berkepanjangan.

Oleh sebab itu, disamping orang beriman harus selalu bertaubat kepada Tuhannya, juga hendaknya rajin bershodaqoh. Shodaqoh itu diniatkan mengeluarkan kafarot bagi dosa-dosa yang sengaja dilakukan maupun yang tidak. Jadi, disamping shodaqoh itu merupakan kafaror dan penangkal musibah juga pelicin kehidupan untuk menggapai segala kesuksesan, karena ketika sumbatan telah terbuka maka jalan kehidupan menjadi lancar. Semoga yg membagikan Mendapatkan rizki yg berlimpah Dan berkah.. aamiin

Kekuatan Pria yang Sesungguhnya


Kekuatan pria sesungguhnya,tidak tercermin pada lebar bahunya,
Tapi dalam lebar lengan untuk merangkul keluarganya.
Kekuatan seorang pria tidak dalam nada keras suaranya,
tapi dalam kata- kata lembut yang diucapkannya.
Kekuatan seorang pria bukan dari berapa banyak teman-temannya,
Tapi bagaimana cara baik ia memperlakukan istri dan anak-anaknya.
Kekuatan seorang pria bukan bagaimana ia dihormati di tempat kerja,
Tapi dalam bagaimana ia dihormati di rumahnya.
Kekuatan seorang pria tidak diukur dari keras tidaknya pukulannya,
Tapi ada dalam sentuhan lembutnya.
Kekuatan seorang pria bukan pada bidang dadanya,
Tapi ada dalam hatinya, yang terletak di dalam dada.

Kekuatan seorang pria bukan dari berapa banyak wanita yang ia cintai,
Tapi dalam kesetiaannya kepada seorang wanita.
Kekuatan seorang pria bukan dari seberapa kuat ia bisa mengangkat,
Tapi seberapa dalam beban yang ditanggungnya...

Barakallah fiikum.

Reflection


Jumat, 24 Oktober 2014

Persaudaraan

"Persaudaraan" Tidak Melihat Latar belakangmu Apa Dan Apa Latar belakangmu, Baik derajad, Pangkat, Martabat, Politik, Sosial Budaya, Agama, Dan Lain - Lain.Titah sakwantah,Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Di mata Allah, yang dinilai hanya kadar ketakwaannya. Kita Berpijak Bahwa Kita Harus Meninggalkan Hal - Hal Yang Jelek, Munafik, Kebohongan, Dan Kita Harus Hidup Di Jalannya Tuhan Dan Harus Memiliki Sikap Hidup Yang Mendahulukan Kepentingan Dan Kebahagiaan Orang Banyak Di Tengah Kepentingan Pribadi, Golongan, Serta Menekankan Agar Bisa Membahagiakan Orang Lain Tanpa Pamrih.


Persaudaraan ini, akan tetap utuh kalau kita ini tidak merasa, aku sing paling kuat, aku sing paling pinter aku sing paling ngerti (Adigang, adigung, adiguna). Kita dididik penuh kesederhanaan. Status yang kita sandang saat ini hanya titipan sementara. Dan, itu tidak akan berpengaruh di dalam paseduluran (persaudaraan).

Menyadari hakikat persaudaraan sedemikian itu, maka tugas dan kewajiban yang utama adalah menjaga persaudaraan yang telah kita yakini ini demi terwujudnya kedamaian dan kelestarian dunia (Mamayu hayuhning bawono).


#gankshte22 @arief_mst

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─

Kamis, 24 Juli 2014

Misteri Bulan Sura


Berikut ini kami paparkan arti bulan Sura secara maknawi dan dimanakah letak kesakralannya.

MELURUSKAN BERITA “burung”
Tradisi dan kepercayaan Jawa melihat bulan Sura sebagai bulan sakral. Bagi yang memiliki talenta sensitifitas indera keenam (batin) sepanjang bulan Sura aura mistis dari alam gaib begitu kental melebihi bulan-bulan lainnya. Tetapi sangat tidak bijaksana apabila kita buru-buru menganggapnya sebagai bentuk paham syirik dan kemusrikan. Anggapan seperti itu timbul karena disebabkan kurangnya  pemahaman sebagian masyarakat akan makna yang mendalam di baliknya. Musrik atau syirik berkaitan erat dengan cara pandang batiniah dan suara hati, jadi sulit menilai hanya dengan melihat manifestasi perbuatannya saja.  Jika musrik dan syirik diartikan sebagai bentuk penyekutuan Tuhan, maka punishment terhadap tradisi bulan Sura itu  jauh dari kebenaran, alias tuduhan tanpa didasari pemahaman yang jelas dan beresiko tindakan pemfitnahan. Biasanya anggapan musrik dan sirik muncul karena mengikuti trend atau ikut-ikutan pada perkataan seseorang yang dinilai secara dangkal layak menjadi panutan. Padahal tuduhan itu jelas merupakan kesimpulan yang bersifat subyektif dan mengandung stigma, dan sikap menghakimi secara sepihak.
Masyarakat Jawa mempunyai kesadaran makrokosmos, bahwa Tuhan menciptakan kehidupan di alam semesta ini mencakup berbagai dimensi yang fisik (wadag) maupun metafisik (gaib). Seluruh penghuni masing-masing dimensi mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Interaksi antara dimensi alam fisik dengan dimensi metafisik merupakan interaksi yang bersimbiosis mutual, saling mengisi mewujudkan keselarasan dan keharmonisan alam semesta sebagai upaya memanifestasikan rasa sukur akan karunia terindah dari Tuhan YME. Sehingga manusia bukanlah segalanya di hadapan Tuhan, dan dibanding mahluk Tuhan lainnya. Manusia tidak seyogyanya mentang-mentang mengklaim dirinya sendiri sebagai mahluk paling sempurna dan mulia, hanya karena akal-budinya. Selain kesadaran makrokosmos, sebaliknya di sisi lain kesadaran mikrokosmos Javanisme bahwa akal-budi ibarat pisau bermata dua, di satu sisi dapat memuliakan  manusia tetapi di sisi lain justru sebaliknya akan menghinakan manusia, bahkan lebih hina dari binatang, maupun mahluk gaib jahat sekalipun.
Berdasarkan dua dimensi kesadaran itu, tradisi Jawa memiliki prinsip hidup yakni pentingnya untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta agar supaya kelestarian alam tetap terjaga sepanjang masa. Menjaga kelestarian alam merupakan perwujudan syukur tertinggi umat manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan bumi ini berikut seluruh isinya untuk dimanfaatkan umat manusia.
Dalam tradisi Jawa sekalipun yang dianggap paling klenik sekalipun, prinsip dasar yang sesungguhnya tetaplah  PERCAYA KEPADA TUHAN YME. Di awal atau di akhir setiap kalimat doa dan mantra selalu diikuti kalimat; saka kersaning Gusti, saka kersaning Allah. Semua media dalam ritual, hanya sebatas dipahami sebagai media dan kristalisasi dari simbol-simbol doa semata. Doa yang ditujukan hanya kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Prinsip tersebut memproyeksikan bahwa kaidah dan prinsip religiusitas ajaran Jawa tetap jauh dari kemusrikan maupun syirik yang menyekutukan Tuhan.
Cara pandang tersebut membuat masyarakat Jawa memiliki tradisi yang unik dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tipikal tradisi Jawa kental akan penjelajahan wilayah gaib sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia terhadap lingkungan alam dan seluruh isinya. Lingkungan alam dilihat memiliki dua dimensi, yakni fana/wadag atau fisik, dan lingkungan dimensi gaib atau metafisik. Lingkungan alam tidak sebatas apa yang tampak oleh mata, melainkan meliputi pula lingkungan yang tidak tampak oleh mata (gaib). Boleh dikatakan pemahaman masyarakat Jawa akan lingkungan atau dimensi gaib sebagai bentuk “keimanan“ (percaya) kepada yang gaib. Bahkan oleh sebagian masyarakat Jawa, unsur kegaiban tidak hanya sebatas diyakini atau diimani saja, tetapi lebih dari itu seseorang dapat membuktikannya dengan bersinggungan atau berinteraksi secara langsung dengan yang gaib sebagai bentuk pengalaman gaib. Oleh karena itu, bagi masyarakat Jawa dimensi gaib merupakan sebuah realitas konkrit. Hanya saja konkrit dalam arti tidak selalu dilihat oleh mata kasar, melainkan konkrit dalam arti Jawa yakni termasuk hal-hal yang dapat dibuktikan melalui indera penglihatan  maupun indera batiniah. Meskipun demikian penjelasan ini mungkin masih sulit dipahami bagi pihak-pihak yang belum pernah samasekali bersinggungan dengan hal-hal gaib. Sehingga cerita-cerita maupun kisah-kisah gaib dirasakan menjadi tidak masuk akal, sebagai hal yang mustahal, dan menganggap pepesan kosong belaka. Pendapat demikian sah-sah saja, sebab tataran pemahaman gaib memang tidak semua orang dapat mencapainya. Yang merasa mampu memahamipun belum tentu tapat dengan realitas gaib yang sesungguhnya. Sedangkan agama sebatas memaparkan yang bersifat universal, garis besar, dan tidak secara rinci. Perincian mendetail tentang eksistensi alam gaib merupakan rahasia ilmu Tuhan Yang Maha Luas, tetapi Tuhan Maha Adil tetap memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mengetahuinya walaupun sedikit namun dengan sarat-sarat yang berat dan tataran yang tidak mudah dicapai.

MISTERI BULAN SURA
     Bulan Sura adalah bulan baru yang digunakan dalam tradisi penanggalan Jawa.  Di samping itu bagi masyarakat Jawa adalah realitas pengalaman gaib bahwa dalam jagad makhluk halus pun mengikuti sistem penanggalan sedemikian rupa.  Sehingga bulan Sura juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah; jagad makhluk halus ; jin, setan (dalam konotasi Jawa; hantu), siluman, benatang gaib, serta jagad leluhur ; alam arwah, dan bidadari. Antara jagad fana manusia (Jawa), jagad leluhur, dan jagad mahluk halus berbeda-beda dimensinya.  Tetapi dalam berinteraksi antara jagad leluhur dan jagad mahluk halus di satu sisi, dengan jagad manusia  di sisi lain, selalu menggunakan penghitungan waktu penanggalan Jawa. Misalnya; malam Jum’at Kliwon (Jawa; Jemuah) dilihat sebagai malam suci paling agung yang biasa digunakan para leluhur “turun ke bumi” untuk njangkung dan njampangai (membimbing) bagi anak turunnya yang menghargai dan menjaga hubungan dengan para leluhurnya. Demikian pula, dalam bulan Sura juga merupakan bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus. Mereka bahkan mendapat “dispensasi” untuk melakukan seleksi alam. Bagi siapapun yang hidupnya tidak eling dan waspada, dapat terkena dampaknya.
Dalam siklus hitungan waktu tertentu yang merupakan rahasia besar Tuhan, terdapat suatu bulan Sura yang bernama Sura Duraka.  Disebut sebagai bulan Sura Duraka karena merupakan bulan di mana terjadi tundan dhemit. Tundan dhemit maksudnya adalah suatu waktu di mana terjadi akumulasi para dedemit yang mencari “korban” para manusia yang tidak eling dan waspadha. Karena pada bulan-bulan Sura biasa para dedhemit yang keluar tidak sebanyak pada saat bulan Sura Duraka. Sehingga pada bulan Sura Duraka biasanya ditandai banyak sekali musibah dan bencana melanda jagad manusia. Bulan Sura Duraka ini pernah terjadi sepanjang bulan Januari s/d Februari 2007.  Musibah banyak terjadi di seantero negeri ini. 1) Di awali tenggelamnya KM Senopati di laut Banda yang terkenal sebagai palung laut terdalam di wilayah perairan Indonesia. Kecelakaan ini memakan korban ratusan jiwa. 2) Kecelakaan Pesawat Adam Air hilang tertelan di palung laut dekat teluk Mandar, posisi di 40 mil barat laut Majene. 3) Kereta api mengalami anjlok dan terguling sampai 3 kali kasus selama sebulan. 4) Tabrakan bus di pantura, bus menyeruduk rumah penduduk. 5) Kecelakaan pesawat garuda di Yogyakarta. 6) Beberapa maskapai penerbangan mengalami gagal take off, gagal landing, mesin error dsb. 7) Jakarta dilanda banjir terbesar sepanjang masa. 8) Kapal terbakar di Sulawesi dan maluku. 9) Kapal laut di selat Karimun terbakar lalu tenggelam memakan ratusan korban berikut wartawan TV peliput berita. 10) Banjir besar di Jawa Tengah, Angin puting beliung sepanjang Pulau Jawa-Sumatra. Dan masih  banyak lagi kecelakaan pribadi yang waktu itu Kapolri sempat menyatakan sebagai bulan kecelakaan terbanyak meliputi darat, laut dan udara.
Atas beberapa uraian pandangan masyarakat Jawa tersebut kemudian muncul kearifan yang kemudian mengkristal menjadi tradisi masyarakat Jawa selama bulan Sura.  Sedikitnya ada 5 macam ritual yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura seperti berikut ini;

1.  Siraman malam 1 Sura; mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Sebagai bentuk “sembah raga” (sariat) dengan tujuan mensucikan badan, sebagai acara seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Sura; lantara lain lebih ketat dalam menjaga dan mensucikan hati, fikiran, serta menjaga panca indera dari hal-hal negatif. Pada saat dilakukan siraman diharuskan sambil berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan YME agar senantiasa menjaga kita dari segala bencana, musibah, kecelakaan. Doanya dalam satu fokus yakni memohon keselamatan diri dan keluarga, serta kerabat handai taulan. Doa tersirat dalam setiap langkah ritual mandi. Misalnya, mengguyur badan dari ujung kepala hingga sekujur badan sebanyak 7 kali siraman gayung (7 dalam bahasa Jawa; pitu, merupakan doa agar Tuhan memberikan pitulungan atau pertolongan). Atau 11 kali (11 dalam bahasa Jawa; sewelas, merupakan doa agar Tuhan memberikan kawelasan; belaskasih). Atau 17 kali (17 dalam bahasa Jawa; pitulas; agar supaya Tuhan memberikan pitulungan dan kawelasan). Mandi lebih bagus dilakukan tidak di bawah atap rumah; langsung “beratap langit”; maksudnya adalah kita secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.

2.  Tapa Mbisu (membisu); tirakat sepanjang bulan Sura berupa sikap selalu mengontrol ucapan mulut agar mengucapkan hal-hal yang baik saja. Sebab dalam bulan Sura yang penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud. Bahkan ucapan atau umpatan jelek yang keluar dari mulut dapat “numusi” atau terwujud. Sehingga ucapan buruk dapat benar-benar mencelakai diri sendiri maupun  orang lain.

3.  Lebih Menggiatkan Ziarah; pada bulan Sura masyarakat Jawa lebih menggiatkan ziarah ke makam para leluhurnya masing-masing, atau makam para leluhur yang yang dahulu telah berjasa untuk kita, bagi masyarakat, bangsa, sehingga negeri nusantara ini ada. Selain mendoakan, ziarah sebagai tindakan konkrit generasi penerus untuk menghormati para leluhurnya (menjadi pepunden). Cara menghormati dan menghargai jasa para leluhur kita selain mendoakan, tentunya dengan merawat makam beliau. Sebab makam merupakan monumen sejarah yang dapat dijadikan media mengenang jasa-jasa para leluhur; mengenang dan mencontoh amal kebaikan beliau semasa hidupnya. Di samping itu kita akan selalu ingat akan sangkan paraning dumadi. Asal-usul kita ada di dunia ini adalah dari turunan beliau-beliau. Dan suatu saat nanti kita semua pasti akan berpulang ke haribaan Tuhan Yang maha Kuasa. Mengapa harus datang ke makam, tentunya atas kesadaran bahwa semua warisan para leluhur baik berupa ilmu, kebahagiannya, tanah kemerdekaan, maupun hartanya masih bisa dinikmati hingga sekarang, dan dinikmati oleh semua anak turunnya hingga kini. Apakah sebagai keturunannya kita masih tega hanya dengan mendoakan saja dari rumah ? Jika direnungkan secara mendalam menggunakan hati nurani, sikap demikian tidak lebih dari sekedar menuruti egoisme pribadi (hawa nafsu negatif) saja. Anak turun yang mau enaknya sendiri enggan datang susah-payah ke makam para leluhurnya, apalagi terpencil nun jauh harus pergi ke pelosok desa mendoakan dan merawat seonggok makam yang sudah tertimbun semak belukar. Betapa teganya hati kita, bahkan dengan mudahnya mencari-cari alasan pembenar untuk kemalasannya sendiri, bisa saja menggunakan alasan supaya menjauhi kemusyrikan. Padahal kita semua tahu, kemusyrikan bukan lah berhubungan dengan perbuatan, tetapi berkaitan erat dengan hati. Jangan-jangan sudah menjadi prinsip bawah sadar sebagian masyarakat kita, bahwa lebih enak menjadi orang bodoh, ketimbang menjadi orang winasis dan prayitna tetapi konsekuensinya tidak ringan.

4.  Menyiapkan sesaji bunga setaman dalam wadah berisi air bening. Diletakkan di dalam rumah. Selain sebagai sikap menghargai para leluhur yang njangkung dan njampangi anak turun, ritual ini penuh dengan makna yang dilambangkan dalam uborampe. Bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga. Masing-masing bunga memiliki makna doa-doa agung kepada Tuhan YME yang tersirat di dalamnya (silahkan dibaca dalam forum tanya jawab). Bunga-bungaan juga ditaburkan ke pusara para leluhur, agar supaya terdapat perbedaan antara makam seseorang yang kita hargai dan hormati, dengan kuburan seekor kucing yang berupa gundukan tanah tak berarti dan tidak pernah ditaburi bunga, serta-merta dilupakan begitu saja oleh pemiliknya berikut anak turunnya si kucing.

5.  Jamasan pusaka; tradisi ini dilakukan dalam rangka merawat atau memetri warisan dan kenang-kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisik bendanya. Pusaka merupakan buah hasil karya cipta dalam bidang seni dan ketrampilan para leluhur kita di masa silam. Karya seni yang memiliki falsafah hidup yang begitu tinggi. Selain itu pusaka menjadi situs dan monumen sejarah, dan memudahkan kita simpati dan berimpati oleh kemajuan teknologi dan kearifan lokal para perintis bangsa terdahulu. Dari sikap menghargai lalu tumbuh menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa agar berbuat lebih baik dan maju di banding prestasi yang telah diraih para leluhur kita di masa lalu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para leluhurnya, para pahlawannya, dan para perintisnya. Karena mereka semua menjadi sumber inspirasi, motivasi dan tolok ukur atas apa yang telah kita perbuat dan kita gapai sekarang ini. Dengan demikian generasi penerus bangsa tidak akan mudah tercerabut (disembeded) dari “akarnya”. Tumbuh berkembang menjadi bangsa yang kokoh, tidak menjadi kacung dan bulan-bulanan budaya, tradisi, ekonomi, dan politik bangsa asing. Kita sadari atau tidak, tampaknya telah lahir megatrend terbaru abad ini, sekaligus paling berbahaya, yakni merebaknya bentuk the newest imperialism melalui cara-cara politisasi agama.

6.  Larung sesaji; larung sesaji merupakan ritual sedekah alam. Uborampe ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu. Tradisi budaya ini yang paling riskan dianggap musrik. Betapa tidak, jikalau kita hanya melihat apa yang tampak oleh mata saja tanpa ada pemahaman makna esensial dari ritual larung sesaji. Baiklah, berikut saya tulis tentang konsep pemahaman atau prinsip hati maupun pola fikir mengenai tradisi ini. Pertama; dalam melaksanakan ritual hati kita tetap teguh pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Tunggal, dan tetap mengimani bahwa Tuhan Maha Kuasa menjadi satu-satunya penentu kodrat. Kedua; adalah nilai filosofi, bahwa ritual larung sesaji merupakan simbol kesadaran makrokosmos yang bersifat horisontal, yakni penghargaan manusia terhadap alam. Disadari bahwa alam semesta merupakan sumber penghidupan manusia, sehingga untuk melangsungkan kehidupan generasi penerus atau anak turun kita, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan alam. Kelestarian alam merupakan warisan paling berharga untuk generasi penerus. Ketiga; selain kedua hal di atas, larung sesaji merupakan bentuk interaksi harmonis antara manusia dengan seluruh unsur alam semesta. Disadari pula bahwa manusia hidup di dunia berada di tengah-tengah lingkungan bersifat kasat mata atau jagad fisik, maupun  gaib atau jagad metafisik. Kedua dimensi jagad tersebut saling bertetanggaan, dan keadaannya pun sangat kompleks. Manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan seyogyanya menjaga keharmonisan dalam bertetangga, sama-sama menjalani kehidupan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebaliknya,  bilamana dalam hubungan bertetangga (dengan alam) tidak harmonis, akan mengakibatkan situasi dan kondisi yang destruktif dan merugikan semua pihak. Maka seyogyanya jalinan keharmonisan sampai kapanpun tetap harus dijaga.


Dalam rasa kebersamaan ini semoga Tuhan melimpahkan berkah, rahmat, anugrah, dan kemuliaan bagi kita semua, untuk menggapai kehidupan sejati yang lebih baik. Kita jaga toleransi, redamkan hawa nafsu angkara, endapkan segala ke-aku-an, kita tundukkan sikap narsis; egosentris; egois; bengis. Bahu-membahu, menciptakan negeri yang indah, sejuk, tenteram. Kita buang benih-benih kebencian, dan taburkan benih-benih kedamaian.  Kita semai rasa kasih sayang. Kita wujudkan negeri yang penuh kebahagiaan, untuk saat ini dan selamanya. Amin

Salam Taklim
Wilujeng Rahayu
Salam Persaudaraan
Arief Mst


─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


Urip Kudu Murup


Meraih jabatan dan kekuasaan itu hal yang mudah, tetapi menjadi pemimpin yang melaksanakan amanat tidaklah mudah. Menjadi pemimpin bisa menjadi suatu berkah, bisa pula menjadi malapetaka dalam kehidupan. Baik kehidupan dirinya sendiri maupun kehidupan rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin akan menjadi sumber malapetaka bagi rakyatnya apabila dia orang yang tidak memenuhi asas kepantasan. Sebaliknya seorang pemimpin akan menjadi sumber anugrah bagi rakyatnya apabila dirinya telah memenuhi asas kepantasan.

Apakah ASAS KEPANTASAN itu ?
Seperti dalam falsafah hidup masyarakat Jawa, bahwa urip iku kudu murup. Artinya, dalam menjalani kehidupan di dunia ini haruslah “menyala”, sehingga cahayanya dapat menerangi sekitarnya. “Menyala” maksudnya kita mampu berperan memberikan konstribusi dalam kelangsungan hidup pada seluruh makhluk. Diri kita diumpamakan lampu. Lampu tidak akan berguna jika tidak menyalakan sinarnya sebagai penerang bagi lingkungannya, yakni menerangi seluruh mahluk hidup dengan cahaya kehidupan. Cahaya kehidupan itu bukan sekedar rutinitas ritual sehari-hari, melainkan amal kebaikan yang nyata kita lakukan untuk seluruh kehidupan, dilakukan setiap saat dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan. Amal kebaikan dari tahap dan lingkup paling kecil. Sering menolong, dan membantu sesama dan tidak pilih kasih. Selalu memberikan kemudahan dan jalan hidup kepada sesama manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan. Di situlah kewajaran sebagai seorang pemimpin agar dapat memberikan anugrah kemakmuran dan kesejahteraan kepada rakyatnya. Semakin intens seseorang menjadi “murup”, akan semakin tinggi pula asas kepantasannya.
Sebaliknya, jika kehidupan seseorang tidak “murup”, artinya hidup seseorang hanya akan menjadi sumber kegelapan, perilakunya menimbulkan kebinasaan, sikapnya merusak dan merugikan sendi-sendi kehidupan, menghancurkan lingkungan alam, mengganggu ketentraman dan kedamaian masyarakat. Segala macam penyakit hati, iri, dengki, amarah merupakan sumber malapetaka bagi seluruh kehidupan di planet bumi ini.
Untuk itu, seorang pemimpin haruslah “murup”, buktikan terlebih dahulu agar hidupnya berguna untuk seluruh kehidupan bangsa manusia, tumbuhan, dan binatang. Mulai dari lingkup terkecil, keluarga, sampai masyarakat luas. Maka asas kepantasan akan dapat terpenuhi, dan seseorang barulah akan pantas menjadi pemimpin yang membawa berkah dan anugrah bagi daerah yang dipimpinnya.
Seseorang (calon pemimpin) yang telah mencapai level tertentu asas kepantasan akan dinilai oleh hukum tata keseimbangan alam sebagai orang yang layak menerima wahyu kepemimpinan. Wahyu kepemimpinan berbeda setiap level kepemimpinan. Wahyu kepemimpinan untuk Lurah atau Kepala Desa lazimnya disebut “ndaru” atau pulung. Wujudnya cahaya putih perak kemilauan, dengan ukuran diameter antara 50-100 cm. “Ndaru” bisa dilihat dengan mata wadag, jatuh di atas rumah orang yang akan terpilih menjadi Lurah. Jatuhnya pulung itu biasanya terjadi malam sebelum pemilihan lurah.

Sapa sing gawe urup marang liyan, ateges gawe murup awake dewe

Artinya : siapa yang bisa menjadi penerang bagi orang lain, itu merupakan tindakan menyalakan “pelita” bagi dirinya sendiri. Kalimat sederhana di atas merupakan ayat-ayat (rumus hidup) yang tersurat di dalam hukum alam. Bagi siapapun yang dengan tulus selalu memberikan konstribusi bagi kelangsungan hidup orang lain atau kepada seluruh makhluk, perbuatan itu merupakan amal kebaikan yang akan berguna untuk membangun kelangsungan hidup bagi dirinya sendiri. Senada dengan rumus bahwa,”kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain akan kembali kepada diri kita sendiri”. Maka sebagai tanggungjawabnya bilamana kita berharap agar hidup kita tetap berlangsung sesuai yang diharapkan, kita harus mau dan mampu membuat diri kita berguna bagi kelangsungan hidup seluruh kehidupan di lingkungan kita.

Apakah “Asas Kepantasan” dapat dimanipulasi ?
Asas kepantasan dapat dimanuipulasi dengan cara menyalahgunakan kekuatan uang dan kekuasaan. Orang yang tidak pantas menjadi pemimpin bisa saja terpilih melalui cara yang kotor, misalnya membeli suara, menyuap KPU, jaksa, mencurangi lawan dst. Pendek kata, uang dan kekuasaan dapat untuk membeli kekuasaan. Akan tetapi jabatan yang diperoleh melalui cara kotor demikian itu resikonya sangat besar. Jabatannya tidak akan menjadi berkah untuk dirinya maupun untuk masyarakat yang dipimpinnya. Sebaliknya akan menjadi malapetaka untuk dirinya bahkan bisa juga menimpa masyarakat yang dipimpinanya. Itu tindakan melawan hukum alam, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung, hukum timbal balik (sebab akibat) pasti terjadi. Gambaran di atas merupakan paradoks dari keadaan orang yang menerima wahyu, karena dinilai oleh hukum tata keseimbangan sudah memiliki asas kepantasan, tentu saja dia sebagai orang yang selaras dan harmonis dengan hukum alam.
Rahayu Sagung Titah Dumadi.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


MENCOBA MELURUSKAN KONSEP BULAN SUCI RAMADHAN



11oalviNv
Tulisan ini dalam rangka usaha saya untuk selalu menggurui dan menegur terhadap diri saya sendiri.  Semua ini saya lakukan, karena saya pribadi selalu saja merasa bodoh yang teramat sangat. Semakin banyak belajar malah semakin banyak yang tidak saya ketahui. Mohon kiranya masukan dan saran pemikiran dari anda para pembaca yang budiman untuk memberikan saran, tanggapan dan tentu saja kritikan yang membangun. Dan semoga bukan cacian yang datang.
Tidak lupa saya haturkan kepada seluruh saudara-saudaraku khususnya bagi yang muslim, saya mengucapkan selamat menunaikan puasa bulan suci  Ramadhan, dan selamat menunaikan segala aktifitas khusus bulan Ramadhan. Mohon maaf atas segala kekhilafan yang dapat saya sadari maupun yang tidak saya sadari selama ini.

EMPAT DIMENSI SUCI
Memasuki bulan suci Ramadhan, diawali dengan “siraman” mensucikan raga dengan air (sembah raga), sekaligus sebagai simbol pentingnya mensucikan pikiran dan hati (sembah kalbu), dan mensucikan batin  (sembah jiwa) dari segala hal yang dapat mengotorinya, yang membuat POLUSI dalam hati, pikiran, dan batin kita. Dengan target utama yakni hakekat hidup yang suci (sembah rahsa).

MASA TRAINING
Umat muslim memiliki jadwal untuk memusatkan pelatihan diri selama sebulan. Hanya satu bulan dalam setahun. Yakni pada bulan suci Ramadhan yang pada hakekatnya adalah saat di mana menjadi konsentrasi pelatihan diri selama bulan. Dengan KESADARAN bahwa bulan suci hanyalah sebagai pemusatan PELATIHAN DIRI DALAM BERIBADAH, justru akan bermanfaat besar menjadikan sikap kita semakin ELING dan WASPADA, bahwa beribadah yang sejatinya adalah dalam praktek kehidupan sehari-hari setelah bulan Ramadhan berlalu.

ASUMSI TERBALIK
Boleh saja berasumsi bahwa bulan suci merupakan puncak ibadah. Namun kenyataannya asumsi itu banyak membuat umat jadi TERLENA. Setelah bulan suci usai,  ibarat seorang napi yang baru saja lepas dari penjara. Berbaur dalam kehidupan masyarakat, menjalani “laku” perbuatan sehari-hari dengan cara menggasak sana-sini apapun yang ditemui dan diingininya. Hanya karena sikap mentang-mentang merasa sudah bukan bulan suci lagi, lantas dianggapnya tidak lagi menjadi sakral. Kembali mengumbar nafsu golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe.

BULAN SUCI YANG SESUNGGUHNYA
Bagi saya pribadi, bulan puasa tidak lain sebagai pemusatan pelatihan diri. Saya umpamakan sebagai gathotkaca yang ingin mbabar jati diri harus melewati “tapa brata” dengan tapa kungkum direndam di dalam panasnya kawah candradimuka terlebih dahulu. Sang Gathotkaca tidak pernah BERHARAP PAHALA manakala menjalani tapa kungkum (berendam diri dalam air) di dalam kawah candradimuka yang mendidih itu. Apa yang ia harapkan hanyalah mencapai kesadaran diri yang tinggi (highest consciousness). Kesadaran yang tinggi diperlukan sebagai BEKAL dalam menjalani perBERIBADATan yang sesungguhnya. Yakni menjalani kehidupan habluminannas setelah bulan suci usai. Mempraktekan hasil latihan dan gemblengan selama sebulan merupakan hal yang lebih utama. Tanpa adanya keberhasilan dalam mempraktekan hasil dalam kehidupan sehari-hari selama setahun, apa yang dicapai selama sebulan hanyalah sia-sia belaka.

POLA PIKIR YANG ANEH
Logika dan konsep berfikir sang Gathotkaca sangat ideal, manakala berfikir bahwa habluminannas atau beribadah kepada sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Hyang Widhi beserta seluruh alam semesta ini merupakan JEMBATAN utama menuju habluminallah. Sang Gatotkaca tidak tekecoh oleh mind set sebaliknya, bahwa habluminallah sebagai sarana mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Umat yang merasa sudah berhasil mengumpulkan pahala yang banyak sehingga membuat lupa diri, timbul sikap mentang-mentang gemar melecehkan dan menuduh orang lain sebagai kafir dan fasikun. Kesombongan itu hanya karena dirinya sudah merasa mendapatkan malam lailatul qadar sebanyak 7 kali (7000 bulan) yang kurang lebih diumpamakan sebagai sembahyang selama 560 tahun. Angka pahala itu tentu sudah lebih dari cukup, malah sisa banyak sekali jika dibanding umur manusia. Yah, sang Gathotkaca merasa logika demikian sebagai sebuah kejahiliahan tersembunyi dan sangat halus, sehingga membuat sang Gathotkaca sadar diri perlu merubah mind set yang aneh itu.

SIKAP “aneh” si TOGOG
Sang TOGOG menambah kritikan lagi, togog menganggap aneh kenapa jalma manusia sibuk menghitung-hitung pahala. Padahal apa yang dilakoninya hanyalah sebagai sarana latihan atau dalam rangka menjalani sekolah. Togog menyuruh mBilung mawas diri dan melakukan instropeksi mendalam.  Disuruhnya mBilung membayangkan, seandainya kita bersekolah, bukankah harus bayar ke pihak pengelola sekolahan ? Kenapa logikamu justru terbalik Lung ?, kamu malah minta dibayar atau diupah dari pihak sekolah. Wah, betul-betul aneh kamu ya…??! sergah Togog kepada mBilung. Togog masih menyumpah-serapahing kegoblokan Togog….,”Enggak tahu diuntung, nggak tahu diri kamu Lung ! Pantas saja kalau orang-orang seperti dirimu itu akan kaget manakala ajal telah menjemput ! Ternyata kesibukannya menghitung-hitung pahala sewaktu hidup tidak berguna sama sekali. Justru membuat dirimu terlena dan tidak eling, tidak waspada Lung. mBilung sejenak mengernyitkan dahi lalu berguman,”…Ya, ya, aku pikir yang aneh bukan alam pikirmu Gog..!, melainkan pikiran kebanyakan orang seperti aku selama ini. Hati-hati kamu lho Lung…!! sahut Petruk kanthong bolong yang tiba-tiba nongol ingin menantang mBilung berkelahi seperti adat kebiasaan mereka berdua jika bertemu. Kata Petruk dengan sok tahu, “katanya lebih banyak umat yang akan masuk neraka. Jangan-jangan gara-gara masalah logika pikir yang aneh seperti alam pikirannya si mBilung… Lantas yang bener mungkin memang alam pikirannya si Togog. Ya, paling tidak Togog bisa berperilaku dan ambil sikap lebih hati-hati, eling dan waspada dari pada sikap si mBilung yang sok PeDe, sok tahu juga, dan besar kepala merasa sudah tak nggendong kemana-mana pahala segede rumah.

PANDANGAN JAWANISME
Kegiatan di bulan suci ramadhan bukanlah klimaksnya rangkaian “peribadatan” selama 11 bulan sebelumnya. Sebaliknya, bulan Puasa merupakan PERSIAPAN diri menuju garis start (starting point). Preparing to the starting point. Going to the real game. Sebaliknya di mana sebagian orang  menganggap bulan ramadhan sebagai PEMUNCAK segala “peribadatan”. Mind set itu akan beresiko besar membuat diri menjadi lupa, bahwa perjuangan yang sesungguhnya baru akan dimulai. Adalah sebuah teori Gossen di mana setelah klimaks pasti akan terjadi anti klimaks. Klimaks merupakan posisi di mana nilai kepuasan mencapai titik jenuh. Yang kemudian nilai kepuasan akan meluncur ke bawah bagaikan roller coaster sebagai gerak anti klimaks menuju kehambaran dan kehampaan lagi. Maka dalam konsep tradisi Jawa, justru klimaks dicapai pada saat bulan arwah, atau sasi Ruwah, satu bulan sebelum bulan puasa. Di mana dipuncaki dengan berbagai acara misalnya bersih bumi, ruwat bumi, meliputi bersih-bersih desa, sungai, hutan, sawah dsb. Ada dalam rangkaian tradisi nyadran, dengan acara menghaturkan sembah bekti dan mendoakan kepada para arwah leluhur masing-masing dengan harapan agar beliau-beliau mendapat tempat kemuliaan di alam keabadian.   Semua itu dilakukan sebagai langkah konkrit mensyukuri nikmat dan anugerah Tuhan yang Mahakuasa serta tanda terimakasih yang sebesarnya kepada generasi pendahulu yang telah berhasil menjaga kelestarian alam sehingga dapat mewariskan harta karun berupa desa, sungai, hutan, laut, alam semesta dalam keadaan yang baik dan tidak rusak. Setelah klimaks dipuncaki pada bulan Ruwah, bulan selanjutnya, umat mulai menata diri, mawas diri, melakukan evaluasi dan kontemplasi atas apa yang bisa dilakukan selama ini. Coba bandingkan dengan ulah manusia sok suci dan sok tahu di zaman sekarang ini ? adoh sungsate…!!

BULAN UNTUK BERPESTA PORA !
Siapa pun orangnya yang merasa sukses menjalani gemblengan selama bulan puasa, perasaan itu hanyalah sekedar penilaian subyektif terhadap diri sendiri. Bahkan saya menawarkan cara paling sederhana mengukur tingkat keberhasilan anda menjalani ibadah bulan suci ramadhan. Timbanglah berat badan anda pada saat memasuki bulan ramadhan. Setelah itu, timbanglah lagi pada saat sore hari setelah lebaran hari raya Iedul Fitri. Jika berat badan anda mengalami kenaikan, hendaknya tidak perlu GR bahwa diri telah siiip dan sukses menjalani gemblengan diri di bulan suci. Apakah mayoritas umat Islam di Indonesia sukses menjalani ibadah di bulan suci ? Saya sangat meragukan..!  Coba anda kontemplasi sejenak, bukankah harga sembako melambung tinggi setiap memasuki bulan suci Ramadhan dari tahun ke tahun, bahkan mengalami kenaikan harga hingga 50%. Hebat ! Artinya apa semua itu ? masyarakat yang sedang menjalani ibadah puasa, justru melakukan stokisasi, penumpukan cadangan sembako, bahkan sampai mengada-ada melebihi kebutuhan normal sehari-hari pada bulan-bulan biasa. Tiak hanya itu saja, pelaku puasa menuntut menu konsumsi makanan yang jauh lebih mewah dibanding hari-hari biasa. Sehingga permintaan kebutuhan sembako meningkat tajam, sementara jumlah barang tetap atau jika ada tambahan stok pun tidak signifikan dengan kenaikan permintaan barang-barang sembako, sehingga mengakibatkan lonjakan harga yang relatif besar.

Apakah dengan kondisi demikian, anda masih tidak merasa malu mengatakan,”….kita baru prihatin, kita sedang latihan mengendalikan nafsu, kita sedang menjalani ibadah suci !!. Apakah kesucian identik dengan pemborosan dan kemewahan yang berlebihan ? Marilah kita rubah MIND SET “hebat” tersebut dengan meningkatkan kesadaran jati diri, eling dan waspada.  Mungkin fenomena itu merupakan gambaran perilaku massal sok suci, sok soleh solikhah yang menjangkiti umat tanpa disadari. Adalah kenyataan, bahwa bulan ramadhan merupakan bulan berpesta, bahkan seolah bulan di mana umat mendapat legitimasi untuk berbuat secara berlebihan.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─