Kamis, 24 Juli 2014

Urip Kudu Murup


Meraih jabatan dan kekuasaan itu hal yang mudah, tetapi menjadi pemimpin yang melaksanakan amanat tidaklah mudah. Menjadi pemimpin bisa menjadi suatu berkah, bisa pula menjadi malapetaka dalam kehidupan. Baik kehidupan dirinya sendiri maupun kehidupan rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin akan menjadi sumber malapetaka bagi rakyatnya apabila dia orang yang tidak memenuhi asas kepantasan. Sebaliknya seorang pemimpin akan menjadi sumber anugrah bagi rakyatnya apabila dirinya telah memenuhi asas kepantasan.

Apakah ASAS KEPANTASAN itu ?
Seperti dalam falsafah hidup masyarakat Jawa, bahwa urip iku kudu murup. Artinya, dalam menjalani kehidupan di dunia ini haruslah “menyala”, sehingga cahayanya dapat menerangi sekitarnya. “Menyala” maksudnya kita mampu berperan memberikan konstribusi dalam kelangsungan hidup pada seluruh makhluk. Diri kita diumpamakan lampu. Lampu tidak akan berguna jika tidak menyalakan sinarnya sebagai penerang bagi lingkungannya, yakni menerangi seluruh mahluk hidup dengan cahaya kehidupan. Cahaya kehidupan itu bukan sekedar rutinitas ritual sehari-hari, melainkan amal kebaikan yang nyata kita lakukan untuk seluruh kehidupan, dilakukan setiap saat dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan. Amal kebaikan dari tahap dan lingkup paling kecil. Sering menolong, dan membantu sesama dan tidak pilih kasih. Selalu memberikan kemudahan dan jalan hidup kepada sesama manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan. Di situlah kewajaran sebagai seorang pemimpin agar dapat memberikan anugrah kemakmuran dan kesejahteraan kepada rakyatnya. Semakin intens seseorang menjadi “murup”, akan semakin tinggi pula asas kepantasannya.
Sebaliknya, jika kehidupan seseorang tidak “murup”, artinya hidup seseorang hanya akan menjadi sumber kegelapan, perilakunya menimbulkan kebinasaan, sikapnya merusak dan merugikan sendi-sendi kehidupan, menghancurkan lingkungan alam, mengganggu ketentraman dan kedamaian masyarakat. Segala macam penyakit hati, iri, dengki, amarah merupakan sumber malapetaka bagi seluruh kehidupan di planet bumi ini.
Untuk itu, seorang pemimpin haruslah “murup”, buktikan terlebih dahulu agar hidupnya berguna untuk seluruh kehidupan bangsa manusia, tumbuhan, dan binatang. Mulai dari lingkup terkecil, keluarga, sampai masyarakat luas. Maka asas kepantasan akan dapat terpenuhi, dan seseorang barulah akan pantas menjadi pemimpin yang membawa berkah dan anugrah bagi daerah yang dipimpinnya.
Seseorang (calon pemimpin) yang telah mencapai level tertentu asas kepantasan akan dinilai oleh hukum tata keseimbangan alam sebagai orang yang layak menerima wahyu kepemimpinan. Wahyu kepemimpinan berbeda setiap level kepemimpinan. Wahyu kepemimpinan untuk Lurah atau Kepala Desa lazimnya disebut “ndaru” atau pulung. Wujudnya cahaya putih perak kemilauan, dengan ukuran diameter antara 50-100 cm. “Ndaru” bisa dilihat dengan mata wadag, jatuh di atas rumah orang yang akan terpilih menjadi Lurah. Jatuhnya pulung itu biasanya terjadi malam sebelum pemilihan lurah.

Sapa sing gawe urup marang liyan, ateges gawe murup awake dewe

Artinya : siapa yang bisa menjadi penerang bagi orang lain, itu merupakan tindakan menyalakan “pelita” bagi dirinya sendiri. Kalimat sederhana di atas merupakan ayat-ayat (rumus hidup) yang tersurat di dalam hukum alam. Bagi siapapun yang dengan tulus selalu memberikan konstribusi bagi kelangsungan hidup orang lain atau kepada seluruh makhluk, perbuatan itu merupakan amal kebaikan yang akan berguna untuk membangun kelangsungan hidup bagi dirinya sendiri. Senada dengan rumus bahwa,”kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain akan kembali kepada diri kita sendiri”. Maka sebagai tanggungjawabnya bilamana kita berharap agar hidup kita tetap berlangsung sesuai yang diharapkan, kita harus mau dan mampu membuat diri kita berguna bagi kelangsungan hidup seluruh kehidupan di lingkungan kita.

Apakah “Asas Kepantasan” dapat dimanipulasi ?
Asas kepantasan dapat dimanuipulasi dengan cara menyalahgunakan kekuatan uang dan kekuasaan. Orang yang tidak pantas menjadi pemimpin bisa saja terpilih melalui cara yang kotor, misalnya membeli suara, menyuap KPU, jaksa, mencurangi lawan dst. Pendek kata, uang dan kekuasaan dapat untuk membeli kekuasaan. Akan tetapi jabatan yang diperoleh melalui cara kotor demikian itu resikonya sangat besar. Jabatannya tidak akan menjadi berkah untuk dirinya maupun untuk masyarakat yang dipimpinnya. Sebaliknya akan menjadi malapetaka untuk dirinya bahkan bisa juga menimpa masyarakat yang dipimpinanya. Itu tindakan melawan hukum alam, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung, hukum timbal balik (sebab akibat) pasti terjadi. Gambaran di atas merupakan paradoks dari keadaan orang yang menerima wahyu, karena dinilai oleh hukum tata keseimbangan sudah memiliki asas kepantasan, tentu saja dia sebagai orang yang selaras dan harmonis dengan hukum alam.
Rahayu Sagung Titah Dumadi.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


MENCOBA MELURUSKAN KONSEP BULAN SUCI RAMADHAN



11oalviNv
Tulisan ini dalam rangka usaha saya untuk selalu menggurui dan menegur terhadap diri saya sendiri.  Semua ini saya lakukan, karena saya pribadi selalu saja merasa bodoh yang teramat sangat. Semakin banyak belajar malah semakin banyak yang tidak saya ketahui. Mohon kiranya masukan dan saran pemikiran dari anda para pembaca yang budiman untuk memberikan saran, tanggapan dan tentu saja kritikan yang membangun. Dan semoga bukan cacian yang datang.
Tidak lupa saya haturkan kepada seluruh saudara-saudaraku khususnya bagi yang muslim, saya mengucapkan selamat menunaikan puasa bulan suci  Ramadhan, dan selamat menunaikan segala aktifitas khusus bulan Ramadhan. Mohon maaf atas segala kekhilafan yang dapat saya sadari maupun yang tidak saya sadari selama ini.

EMPAT DIMENSI SUCI
Memasuki bulan suci Ramadhan, diawali dengan “siraman” mensucikan raga dengan air (sembah raga), sekaligus sebagai simbol pentingnya mensucikan pikiran dan hati (sembah kalbu), dan mensucikan batin  (sembah jiwa) dari segala hal yang dapat mengotorinya, yang membuat POLUSI dalam hati, pikiran, dan batin kita. Dengan target utama yakni hakekat hidup yang suci (sembah rahsa).

MASA TRAINING
Umat muslim memiliki jadwal untuk memusatkan pelatihan diri selama sebulan. Hanya satu bulan dalam setahun. Yakni pada bulan suci Ramadhan yang pada hakekatnya adalah saat di mana menjadi konsentrasi pelatihan diri selama bulan. Dengan KESADARAN bahwa bulan suci hanyalah sebagai pemusatan PELATIHAN DIRI DALAM BERIBADAH, justru akan bermanfaat besar menjadikan sikap kita semakin ELING dan WASPADA, bahwa beribadah yang sejatinya adalah dalam praktek kehidupan sehari-hari setelah bulan Ramadhan berlalu.

ASUMSI TERBALIK
Boleh saja berasumsi bahwa bulan suci merupakan puncak ibadah. Namun kenyataannya asumsi itu banyak membuat umat jadi TERLENA. Setelah bulan suci usai,  ibarat seorang napi yang baru saja lepas dari penjara. Berbaur dalam kehidupan masyarakat, menjalani “laku” perbuatan sehari-hari dengan cara menggasak sana-sini apapun yang ditemui dan diingininya. Hanya karena sikap mentang-mentang merasa sudah bukan bulan suci lagi, lantas dianggapnya tidak lagi menjadi sakral. Kembali mengumbar nafsu golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe.

BULAN SUCI YANG SESUNGGUHNYA
Bagi saya pribadi, bulan puasa tidak lain sebagai pemusatan pelatihan diri. Saya umpamakan sebagai gathotkaca yang ingin mbabar jati diri harus melewati “tapa brata” dengan tapa kungkum direndam di dalam panasnya kawah candradimuka terlebih dahulu. Sang Gathotkaca tidak pernah BERHARAP PAHALA manakala menjalani tapa kungkum (berendam diri dalam air) di dalam kawah candradimuka yang mendidih itu. Apa yang ia harapkan hanyalah mencapai kesadaran diri yang tinggi (highest consciousness). Kesadaran yang tinggi diperlukan sebagai BEKAL dalam menjalani perBERIBADATan yang sesungguhnya. Yakni menjalani kehidupan habluminannas setelah bulan suci usai. Mempraktekan hasil latihan dan gemblengan selama sebulan merupakan hal yang lebih utama. Tanpa adanya keberhasilan dalam mempraktekan hasil dalam kehidupan sehari-hari selama setahun, apa yang dicapai selama sebulan hanyalah sia-sia belaka.

POLA PIKIR YANG ANEH
Logika dan konsep berfikir sang Gathotkaca sangat ideal, manakala berfikir bahwa habluminannas atau beribadah kepada sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Hyang Widhi beserta seluruh alam semesta ini merupakan JEMBATAN utama menuju habluminallah. Sang Gatotkaca tidak tekecoh oleh mind set sebaliknya, bahwa habluminallah sebagai sarana mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Umat yang merasa sudah berhasil mengumpulkan pahala yang banyak sehingga membuat lupa diri, timbul sikap mentang-mentang gemar melecehkan dan menuduh orang lain sebagai kafir dan fasikun. Kesombongan itu hanya karena dirinya sudah merasa mendapatkan malam lailatul qadar sebanyak 7 kali (7000 bulan) yang kurang lebih diumpamakan sebagai sembahyang selama 560 tahun. Angka pahala itu tentu sudah lebih dari cukup, malah sisa banyak sekali jika dibanding umur manusia. Yah, sang Gathotkaca merasa logika demikian sebagai sebuah kejahiliahan tersembunyi dan sangat halus, sehingga membuat sang Gathotkaca sadar diri perlu merubah mind set yang aneh itu.

SIKAP “aneh” si TOGOG
Sang TOGOG menambah kritikan lagi, togog menganggap aneh kenapa jalma manusia sibuk menghitung-hitung pahala. Padahal apa yang dilakoninya hanyalah sebagai sarana latihan atau dalam rangka menjalani sekolah. Togog menyuruh mBilung mawas diri dan melakukan instropeksi mendalam.  Disuruhnya mBilung membayangkan, seandainya kita bersekolah, bukankah harus bayar ke pihak pengelola sekolahan ? Kenapa logikamu justru terbalik Lung ?, kamu malah minta dibayar atau diupah dari pihak sekolah. Wah, betul-betul aneh kamu ya…??! sergah Togog kepada mBilung. Togog masih menyumpah-serapahing kegoblokan Togog….,”Enggak tahu diuntung, nggak tahu diri kamu Lung ! Pantas saja kalau orang-orang seperti dirimu itu akan kaget manakala ajal telah menjemput ! Ternyata kesibukannya menghitung-hitung pahala sewaktu hidup tidak berguna sama sekali. Justru membuat dirimu terlena dan tidak eling, tidak waspada Lung. mBilung sejenak mengernyitkan dahi lalu berguman,”…Ya, ya, aku pikir yang aneh bukan alam pikirmu Gog..!, melainkan pikiran kebanyakan orang seperti aku selama ini. Hati-hati kamu lho Lung…!! sahut Petruk kanthong bolong yang tiba-tiba nongol ingin menantang mBilung berkelahi seperti adat kebiasaan mereka berdua jika bertemu. Kata Petruk dengan sok tahu, “katanya lebih banyak umat yang akan masuk neraka. Jangan-jangan gara-gara masalah logika pikir yang aneh seperti alam pikirannya si mBilung… Lantas yang bener mungkin memang alam pikirannya si Togog. Ya, paling tidak Togog bisa berperilaku dan ambil sikap lebih hati-hati, eling dan waspada dari pada sikap si mBilung yang sok PeDe, sok tahu juga, dan besar kepala merasa sudah tak nggendong kemana-mana pahala segede rumah.

PANDANGAN JAWANISME
Kegiatan di bulan suci ramadhan bukanlah klimaksnya rangkaian “peribadatan” selama 11 bulan sebelumnya. Sebaliknya, bulan Puasa merupakan PERSIAPAN diri menuju garis start (starting point). Preparing to the starting point. Going to the real game. Sebaliknya di mana sebagian orang  menganggap bulan ramadhan sebagai PEMUNCAK segala “peribadatan”. Mind set itu akan beresiko besar membuat diri menjadi lupa, bahwa perjuangan yang sesungguhnya baru akan dimulai. Adalah sebuah teori Gossen di mana setelah klimaks pasti akan terjadi anti klimaks. Klimaks merupakan posisi di mana nilai kepuasan mencapai titik jenuh. Yang kemudian nilai kepuasan akan meluncur ke bawah bagaikan roller coaster sebagai gerak anti klimaks menuju kehambaran dan kehampaan lagi. Maka dalam konsep tradisi Jawa, justru klimaks dicapai pada saat bulan arwah, atau sasi Ruwah, satu bulan sebelum bulan puasa. Di mana dipuncaki dengan berbagai acara misalnya bersih bumi, ruwat bumi, meliputi bersih-bersih desa, sungai, hutan, sawah dsb. Ada dalam rangkaian tradisi nyadran, dengan acara menghaturkan sembah bekti dan mendoakan kepada para arwah leluhur masing-masing dengan harapan agar beliau-beliau mendapat tempat kemuliaan di alam keabadian.   Semua itu dilakukan sebagai langkah konkrit mensyukuri nikmat dan anugerah Tuhan yang Mahakuasa serta tanda terimakasih yang sebesarnya kepada generasi pendahulu yang telah berhasil menjaga kelestarian alam sehingga dapat mewariskan harta karun berupa desa, sungai, hutan, laut, alam semesta dalam keadaan yang baik dan tidak rusak. Setelah klimaks dipuncaki pada bulan Ruwah, bulan selanjutnya, umat mulai menata diri, mawas diri, melakukan evaluasi dan kontemplasi atas apa yang bisa dilakukan selama ini. Coba bandingkan dengan ulah manusia sok suci dan sok tahu di zaman sekarang ini ? adoh sungsate…!!

BULAN UNTUK BERPESTA PORA !
Siapa pun orangnya yang merasa sukses menjalani gemblengan selama bulan puasa, perasaan itu hanyalah sekedar penilaian subyektif terhadap diri sendiri. Bahkan saya menawarkan cara paling sederhana mengukur tingkat keberhasilan anda menjalani ibadah bulan suci ramadhan. Timbanglah berat badan anda pada saat memasuki bulan ramadhan. Setelah itu, timbanglah lagi pada saat sore hari setelah lebaran hari raya Iedul Fitri. Jika berat badan anda mengalami kenaikan, hendaknya tidak perlu GR bahwa diri telah siiip dan sukses menjalani gemblengan diri di bulan suci. Apakah mayoritas umat Islam di Indonesia sukses menjalani ibadah di bulan suci ? Saya sangat meragukan..!  Coba anda kontemplasi sejenak, bukankah harga sembako melambung tinggi setiap memasuki bulan suci Ramadhan dari tahun ke tahun, bahkan mengalami kenaikan harga hingga 50%. Hebat ! Artinya apa semua itu ? masyarakat yang sedang menjalani ibadah puasa, justru melakukan stokisasi, penumpukan cadangan sembako, bahkan sampai mengada-ada melebihi kebutuhan normal sehari-hari pada bulan-bulan biasa. Tiak hanya itu saja, pelaku puasa menuntut menu konsumsi makanan yang jauh lebih mewah dibanding hari-hari biasa. Sehingga permintaan kebutuhan sembako meningkat tajam, sementara jumlah barang tetap atau jika ada tambahan stok pun tidak signifikan dengan kenaikan permintaan barang-barang sembako, sehingga mengakibatkan lonjakan harga yang relatif besar.

Apakah dengan kondisi demikian, anda masih tidak merasa malu mengatakan,”….kita baru prihatin, kita sedang latihan mengendalikan nafsu, kita sedang menjalani ibadah suci !!. Apakah kesucian identik dengan pemborosan dan kemewahan yang berlebihan ? Marilah kita rubah MIND SET “hebat” tersebut dengan meningkatkan kesadaran jati diri, eling dan waspada.  Mungkin fenomena itu merupakan gambaran perilaku massal sok suci, sok soleh solikhah yang menjangkiti umat tanpa disadari. Adalah kenyataan, bahwa bulan ramadhan merupakan bulan berpesta, bahkan seolah bulan di mana umat mendapat legitimasi untuk berbuat secara berlebihan.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─

PERANG BHARATAYUDHA


NAFSU PALING MENGHANCURKAN

PRABU DRUPADA
d15_drupada_solo2
PRABU DRUPADA yang waktu mudanya bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara dari Hargajambangan, dan merupakan turunan ke tujuh dari Bathara Brahma. Arya Sucitra bersaudara sepupu dengan Bambang Kumbayana/Resi Durna dan menjadi saudara seperguruan sama-sama berguru pada Resi Baratmadya. Untuk mencari pengalaman hidup, Arya Sucitra pergi meninggalkan Hargajembangan, mengabdikan diri ke negara Astina kehadapan Prabu Pandudewanata. Arya Sucitra menekuni seluk beluk tata kenegaraan dan tata pemerintahan. Karena kepatuhan dan kebaktiannya kepada negara, oleh Prabu Pandu ia di jodohkan/dikawinkan dengan Dewi Gandawati, putri sulung Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama; Dewi Drupadi, Dewi Srikandi dan Arya Drestadyumna. Ketika Prabu Gandabayu mangkat, dan berputra mahkota Arya Gandamana menolak menjadi raja, Arya Sucitra dinobatkan menjadi raja Pancala dengan gelar Prabu Drupada. Dalam masa kekuasaanya, Prabu Drupada berselisih dengan Resi Durna, dan separo dari wilayah negara Pancala direbut secara paksa melalui peperangan oleh Resi Durna dengan bantuan anak-anak Pandawa dan Kurawa. Di dalam perang besar Bharatayuda, Prabu Drupada tampil sebagai senapati perang Pandawa. Ia gugur melawan Resi Durna terkena panah Cundamanik.


RESI DURNA

d20_durna_yogya2
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.

Pelajaran Berharga ;
  1. Sapa sing nggawe mesthi nganggo”, siapa menanam mengetam ngundhuh wohing pakarti”. Perbuatan jahat pada orang lain akan menjadi bumerang, kembali membuat malapetaka pada diri sendiri. Tampaknya nukilan dari falsafah hidup Kejawen ini merupakan rumus alam (baca; kodrat alam/kodrat Tuhan). Bagaimanapun Durna sudah pernah merebut separoh wilayah kekuasaan dan membunuh Prabu Drupada. Maka kematian Resi Durna berada di tangan sang Drestajumena yakni putra Prabu Drupada sendiri.   Sebenarnya Drestajumena secara kalkulasi tidak akan mungkin mengalahkan Resi Durna, karena kesaktiannya belum ada apa-apanya jika dibanding Resi Durna. Namun Hyang Widhi telah memenuhi rumus “sapa nggawe nganggo dan ngunduh wohing pakarti” apapun jalannya Resi Durna mati di tangan Drestajumena setelah tubuhnya dirasuki roh Prabu Ekalaya. Sudah menjadi kodrat alam, malapetaka (wohing pakarti) datang menimpa diri sendiri, tidak mesti dari pihak korban atau orang yang dijahati, namun bisa datang dari pihak lainnya lagi. 
  2. Resi Durna sebagai figur yang memiliki watak dualisme, atau berkepribadian ganda. Di satu sisi ia membuat huru-hara, di sisi lain mendidik para kesatria Pandawa dari tlatah kebenaran. Namun ia akhirnya mati “ngunduh wohing pakarti” alias karena ulahnya sendiri.
  3. Ilmu ibarat pisau bermata dua, dapat dimanfaatkan untuk kebaikan maupun kejahatan tergantung manusianya.
  4. Resi Durna dengan Prabu Drupada adalah saudara sepupu yang dahulu bernaung dalam satu perguruan, namun Prabu Drupada memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan (amr ma’ruf nahi mungkar) sementara Resi Durna lebih banyak memanfaatkannya untuk keburukan dan membela kekuatan jahat.
  5. Dalam peperangan fisik semisal Perang Bharata Yudha, dalam konteks riil ambil contoh antara Yahudi dan Palestina, merupakan perang saudara yang memperebutkan wilayah atau daerah kekuasaan sebagaimana dalam cerita perang Baratayudha antara senopati perang Drupada melawan senopati perang Durna.
  6. Sebagai peringatan kepada umat manusia untuk berhati-hati terhadap 3 macam nafsu negatif paling berbahaya yang dapat menghancurkan hubungan tali persaudaraan baik dalam hubungan internal keluarga, pertemanan atau pergaulan,  berbangsa dan bernegara yakni ;  nafsu cari benarnya sendiri, nafsu keinginan berkuasa, dan nafsu penguasaan harta (warisan). Terutama terhadap orang-orang terdekat masih saudara sendiri. Jika terjadi perang (saudara) akan menjadi perang yang sangat keji dan kejam. Terlebih lagi perang tersebut diwarnai dalih membela kebenaran, antara kekuatan “putih” dan “hitam. Akibatnya adalah kehancuran dahsyat. Semoga contoh di atas dapat meningkatkan kesadaran kita semua, untuk tetap bersatu dalam tali rasa yang satu, satu kebangsaan, satu bumi pertiwi, satu bahasa. Sehingga bangsa ini terhindar dari kehancuran, sebaliknya meraih kejayaannya kembali. Kita dapat mengambil contoh peristiwa holocaus, etnis cleansing, pembantaian massal di Kamboja, peristiwa G 30 S, Yahudi-Palestina

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─

Minggu, 20 Juli 2014

Semboyan Wali Songo





Semboyan Para Wali

Para Walisongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah :
1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan
Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan.

2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap
Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak.

3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki
Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan.

4. Senjoto Kalimosodo
Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat)

5. Digdoyo Tanpo Aji
Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata.

6. Perang Tanpo tanding
Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini.

7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan
Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.

8. Mulyo Tanpo Punggowo
Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan.

9. Sugih Tanpo Bondo
Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


Syair Pepiling Wali Songo


Ana Syi'ir iki aku arep matur
Asmane wall sanga ingkang mashur ...  
Maulana Malik Ibrahim syeh Maghribi
Iya iku Sunan Gresik aja lali
Raden Rahmat Sunan Ampel Jawa Timur
Turun sangka purl Cempa ingkang mashur ...
Mandum Ibrahim putrane Raden Rahmad
Sunan Bonang sedereke Sunan Derajad
Sunan Derajad asma Raden Syarifudin
Sunan Giri asma Raden Ainul-Yakin ..
Syeh Ja'far Shadiq ya iku Sunan* kudus
Da'wah agama kanti niat kang Lulus
Raden Syahid iku Sunan Kalijaga
Putrane bupati Tuban Wilatikta ...
Sunan Murya asma Raden Umar Said
Putra Sunan Kalijaga Raden Syahid
Sunan Gunung Jati Raden Fatahilah
Gigih berjuang ngusir penjajah ..
Kang kasebut iki mashur Wali Sanga
Perintis dakwah Islam ing tanah Jawa

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


Lir Ilir (jawa lirik & Syair).


Lir ilir lir ilir tanduré wis sumilir

Tak ijo royo – royo taksengguh temantèn anyar

Bocah angon bocah angon pènèkna blimbing kuwi

Lunyu – lunyu pènèkna kanggo mbasuh dodotira

Dodotira dodotira kumitir bedhahing pinggir

Dondomona jlumatana kanggo séba mengko soré

Mumpung padhang rembulané

Mumpung jembar kalangané

Ya suraka surak horé

Lagu ini konon kabarnya merupakan ciptaan sunan Kalijaga, ada juga yang berpendapat hasil karya sunan Bonang, lirik tembang atau lagu ini dulunya diciptakan untuk mediasi dan wahana dakwah Islam oléh para Walisanga, pendekatan budaya seperti ini dilakukan karena masyarakat Jawa kala itu masih kuat dengan tradisi Hindu. Maka untuk menyampaikan ajaran Islam di tengah – tengah masyarakat Jawa, maka dirasa perlu untuk mendekatinya melalui budaya salah satunya adalah melalui bahasa Jawa itu sendiri. Sebenarnya yang ingin disampaikan dalam lirik lagu tersebut adalah ;

   1. Memberitahukan bahwa adanya kabar baik, yang sumilir seperti tunas padi dipematang sawah, sebuah harapan baru.
   2. Yang terlihat begitu memikat indah, yang layak untuk disongsong selayaknya pengantin baru (datangnya wahyu ilahi) melalui nabi Muhammad.
   3. Bocah angon sebagai analogi dan perumpamaan hati para manusia itu sendiri.
   4. Selicin dan sesusah apapun hendaknya ikut memanjat (meraih) blimbing memiliki lima sisi yang menggambarkan 5 rukun Islam. Untuk membasuh dan sarana penyucian diri dari segala dosa.
   5. Karena pakaian (akhlak) manusia sudah mulai compang camping tidak karuan.
   6. Oleh karena itu hendaknya disucikan dan dibersihkan dengan Sahadat, Salat, Puasa, Zakat dan Haji, yang intinya mengajak manusia untuk ber ISLAM.
   7. Mumpung masih ada kesempatan, mumpung hayat masih dikandung badan ayo beramai – ramai menerima ajaran ISLAM.

Secara garis besar bisa ditarik kesimpulan begini :

Lirik ini mengabarkan dan mengajak kepada masyarakat Jawa tentang berita gembira telah datangnya nabi terakhir yaitu Muhammad dangan membawa ajaran tauhid ISLAM, yang siapapun berhak dan bisa mengimaninya tanpa ada perbedaan kasta, kedudukan, kekayaan, karena dalam Islam setiap manusia sama di hadapan Allah hanya ketaqwaan lah yang membedakannya, selagi manusia masih bernafas maka pintu hidayah dan pintu tobat akan selalu terbuka.


─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─

Syair Sluku Sluku Bathok (Jawa)

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─



Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung mutho

Pak jenthit lolo lo bah,
Yen obah medeni bocah
Yen urip golekko dhuwit

[makna]
Sluku-sluku bathok, bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya. Kalo diforsir terus bisa aus, stress, hang, macet daya pikirnya.
Bathoke ela-elo, dengan cara berdzikir (ela-elo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan syaraf neuron di otak.
Si Rama menyang Solo, siram (mandilah, bersuci) menyang (menuju) Solo (Sholat). Lalu bersuci dan dirikanlah sholat.
Oleh-olehe payung mutho, yang sholat akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita. Kalo Allah sudah melindungi, tak ada satupun di dunia ini yang kuasa menyakiti kita. tak satupun.
Pak jenthit lolo lo bah, kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.
Yen obah medeni bocah. Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.
Yen urip golekko dhuwit. Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Ketika uang dan harta benda masih bisa menyumbang bagi tegaknya agama Allah. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.

Pujian Kereta Jawa



Ayo kabèh para manungsa,
Mumpung urip ning alam donya,
Mbok ya padha-padha èlinga,
Limang wektu ndang lakonana.

Èlingana yèn wayah panggilan,
Yèn wis budhal (o)ra kena wakilan,
Disalini nganggo kain putih,
Yèn wis budhal ora bisa mulih.

Tumpakané Kerèta Jawa,
Rodha papat rupa manungsa,
Jujugané omah guwa,
Tanpa bantal tanpa k(e)lasa.

Omahé (o)ra ana lawangé,
Turu dhéwé (o)ra ana kancané.
Nyawané wis m(e)layang,
Ragané kecemplung juglang,

Ditutupi anjang-anjang,
Diurug disawur kembang.
Tangga-tangga padha nyawang,
Padha nangis kaya wong nembang,

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


Pujian Sekarat Pati


Ojo siro banget-banget
Nggonmu bungah ono ndonyo
Malaikat juru pati
lirak-lirik maring siro

Nggone nglirik Malaikat
Arep njabut nyowo siro
Yen wes teko titi mongso
Kudu budal ra keno semoyo

Larane sekarat pati
Sewu loro dadi siji
Mergo urip podo lali
Maring tuntunan Agami
Ninggal Sholat ninggal ngaji
Mong ma`siat seng dilakuni
Mulo urip seng ati-ati
Tembe mburi ben ora rugi

Sopo wonge gelem iman,
Taat miring dawuh Pengeran
Uripe tukun semahyang
Ora lali nderes Al-Qur`an

Rino wengi seneng wiridan
Amal sunnah dadi pakulan
Lamun mati sekarate –gampang.
Ora kroso babar pisan.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─


Alas Ketonggo (part 2).





Mengapa alas ketonggo menjadi sinandi pencerahan rohani dan jasmani beserta kejayaan umat manusia, di dalam pengetahuan luhur budaya Jawa?

1.Alas walaupun disebut hutan yang oleh
beragam makhluk hidup seperti
pepohonan, hehewanan serta
makhluk halus yang berasal dari
arwah-arwah para leluhur masa
silam, sebagai ekspresi fenomena
hawa dan nafsu kita semua, yang
liar dan terkendali.

2.Sinandi alas ketonggo sebagai sinandi
kehidupan jagat cilik (hawa dan
nafsu-kita) dan jagat gedhe (alam
semesta).

3.Alas ketonggo dalam pengertian jagat
cilik adalah fenomena kehidupan
kita, yang pada dasarnya sulit
dikendalikan tetapi harus mampu
kita kendalikan. Sedangkan alas
ketonggo dalam arti makro atau
dalam pengertian nyata, seperti
Kraton beserta Raja-nya sebagai
sentral budaya, tempat-tempat yang
dimitoskan atau disakralkan dalam
kegiatan peziarahan. Arti pesan yang
mendalam bahwa kita tidak boleh
meninggalkan budaya dan sejarah
masa lalu.

4.Alas Ketonggo tempat arwah-arwah
para leluhur yang telah
meninggalkan dunia puluhan hingga
ratusan tahun, namun belum
berpulang dihadirat Tuhan, dan
masih menyimpan rapi di dalam
tubuh halus maniknya.



5.Banyak pengetahuan masa silam yang
sebagai simbol jati diri dan identitas
bangsa-mu di Alas Ketonggo. Oleh
itu, kehidupan para arwah leluhur
masih aristokrat, sesuai peradaban
budayanya lalu.


6.Peradaban budaya beserta nilai-nilai
luhur masa silamnya menyimpan
potensi kekuatan identitas dan jati
diri bangsa-mu. Apabila bangsa-mu
ingin jaya dan menjadi terang dunia
harus berpijak pada budaya atau jati
diri dan identitasmu.


7.Jangan melupakan sejarah atau budaya
leluhur-mu, jika melupakan sejarah
dan budaya-mu dari situlah
kelemahan bangsa-mu.


8.Pahamilah sandi Alas Ketonggo, sebab
dialah yang menyimpan sejarah,
rahasia dan kenangan masa lalu
yang membantu dirimu untuk
menemukan jati diri dan
identitasmu.


9.Bukankah bangsamu mengalami krisis
keyakinan dan kepercayaan akan jati
diri dan identitasmu. Artinya
bangsamu telah asing mengenali
potensi dirinya.


10.Bahkan bangsamu tidak mengetahui
dan menyadari kekrisisannya. Itulah
bencana akibat meninggalkan pilar
dan pondasi budayanya.


11.Negara dan bangsa manapun akan
mengalami kejayaan jika telah
menemukan jati diri dan
identitasnya (budayanya) dan itu
tersimpan dalam sandi Alas
Ketonggo.


12.Walaupun sandi Alas Ketonggo disebut
dan dikatakan mitos bagi
pemahaman modern, tetap mereka
jaya sebagai pusat pemikiran
dikarenakan berangkat dari mitos
atau yang disebut angan-angan,
harapan, cita-cita, impian, dll.


13.Bangsa manapun tidak akan maju dan
jaya jika meninggalkan angan-
angan, harapan, cita-cita, keinginan,
kehendak, harapan, impian yang
kesemuanya adalah simbolmitos.


14.Lihatlah bangsa-bangsa yang telah
jaya, mereka mengawali
kejayaannya dengan kesadaran
kolektif mitosnya di dalam jiwa
pikiran, perasaan, budi dan perilaku
indera jasmaninya atau cipta, rasa
dan karsanya.


15.Alas Ketonggo sandi untuk menggali
jati diri dan identitasnya sebagai
awal mengumpulkan kekuatan
untuk terbebaskan dari
kesengsaraan, derita,
ketidaktentraman dan
ketidakdamaian, ketidakmakmuran,
kemiskinan dan belenggu bangsa-
mu.


16.Bangsa yang telah jaya menggali
budaya asalnya sendiri melalui
prosesi sinandi alas ketonggo
dengan menghormati perjuangan
leluhurnya.


17.Bagaimana bangsamu atau dirimu
akan mendapatkan pencerahan dan
kemerdekaan hidup bagi bangsamu,
jika dirimu saling berjuang demi
kepentingan dan kekuasaan
kelompok-mu.


18.Salah satu nasehat sinandi Alas
Ketonggo,“Janganlah energi jiwa
hawa dan nafsumu saling
bertubrukan menyalakan api
kesengsaraan yang menambah
dirimu atau bangsamu saling
terbelenggu dan membelenggu”.


19.Jika energi jiwa hawa dan nafsumu
saling bertubrukan atau bertabrakan
maka dirimu akan saling memiliki
kebingungan, saling memiliki
kekhawatiran, saling memiliki
ketakutan, sekalipun hal itu
terungkap atau tidak terungkap.


20.Masuklah ke alam alas ketonggo,
disitulah banyak pengetahuan yang
mengisi kekurangan dan
kelemahanmu, agar dirimu tidak
mudah bingung, takut, khawatir,
menderita dan sengsara, dll.


21.Jika dirimu mampu membuka sinandi
Alas Ketonggo, ambillah potensi
lebihnya dan jadikan kelemahannya
menjadi hikmah, agar dirimu
trampil menghimpun kekuatan dan
mengerti keinginan dan kehendak
energi hawa dan nafsu untuk
menyelamatkan generasi muda
bangsa-mu.


22.Jika telah mampu membuka sinandi
Alas Ketonggo, para leluhurmu akan
berinteraksi denganmu dan
memberikan pengetahuan yang
memubuat bangsa-mu jaya dan
maju.


23.Memasuki alas ketonggo diperlukan
seni ketrampilan melepaskan
belenggu tubuh jasmani, jika tidak
memiliki hanya akan dapat
kesunyian dan aktivitas kesendirian
tanpa arti dan makna seperti
melamun atau menghayal.


24.Alangkah lebih lengkapnya jika dirimu
yang memiliki kecerdasan akal
jasmani, kemudian memiliki
kecerdasan rohani di dalam pikiran,
perasaan dan budimu, maka
pengetahuan dan ketrampilanmu
akan disebut seimbang.


25.Sungguh keseimbangan diperlukan
jika memasuki alas ketonggo, agar
akal jasmani dipersiapkan agar tidak
mengalami gejolak keterbatasan
dengan kehidupan rohani.

─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─

Alas Ketonggo (part 1).




Budaya Jawa menyimpan dan menyelinapkan tabir-tabir misteri sebagai inspirasi spirit dan mental yang berwujud sanepan dengan makna yang tersirat, bukan tersurat bagi generasi-nya, agar tidak lengkang oleh perkembangan zaman. Alas Ketonggo sebagai satu contoh yang tempatnya menyimpan legenda dan mitos di
dalam angan-angan dan impian di dalam pikiran, perasaan dan budi. Ada banyak masyarakat yang hanyut  pengertian dan pengetahuannya untuk meyakini dan mempercayai Alas Ketonggo dengan makna tersurat atau lahiriah. Hingga tidak tanggung-tanggung secara mentah menjadikan Alas Ketonggo sebagai ajang pencarian inspirasi demi perkembangan mental dan spiritnya. Dimanakah letak yang hakiki untuk menyikapi Alas Ketonggo, secara tersurat atau tersirat? Guratan tinta inilah yang akan mengupas tuntas apa yang seharusnya kita mengerti dan pahami agar diri kita tidak tersesat di dalam pengetahuan dan pengertian. Alas Ketonggo secara lokasi atau obyek bertempat di Alas Purwo. Selain itu di Kalasan Yogyakarta disebut Bathok Bolu Isi Madu, di Wonosari, di Ngawi dengan sebutan Alas Ketonggo Kapetak, di Blora di dekat masyarakat Samin juga menyebut Alas Ketonggo, juga di Temanggung tempat Angling Darmo, dll. Kesemuanya tempat itu diyakini masyarakat setempat sebagai pusat kraton gaib yang terus dibangun dan tak kunjung selesai. Inilah guratan tinta untuk menjelaskan pengertian dan pengetahuan yang sebenarnya, agar
berfungsi peran di dalam pengetahuan kita bersama.

1.Alas Ketonggo, “alas” berarti hutan,
dasar pokok atau keramaian.
Ketonggo berasal dari kata
“katon” (terlihat) dan
“onggo” (makhluk halus) atau
makhluk halus atau kehidupan yang
halus yang katon atau kelihatan.

2.Siapapun yang meyakini kekuasaan
Tuhan harus meyakini adanya alam
rohani, tempat kehidupan makhluk-
makhluk rohani atau gaib.

3.Ada kehidupan setelah terjadi kematian,
yaitu alam kehidupan gaib atau alam
rohani bagi para arwah yang telah
meninggalkan dunia atau alam
kehidupan jasmani.

4.Siapapun yang hendak menuju
kehadirat Tuhan-nya esok sebagai
tujuan atau perjalanan akhir harus
memahami alam kehidupan rohani.
Jelasnya, siapapun untuk tertuju
kehadirat-Nya harus melewati tujuh
lapisan alam kehidupan rohani atau
harus melewati perjalanan langit ke
tujuh.

5.Selagi dirimu hanya terbelenggu oleh
pengetahuan akal alam jasmani
dengan mengandalkan perangkat
tubuh jasmani dan inderanya,
dirimu tidak akan pernah mampu
mengerti dan memahami dimensi
kehidupan alam gaib itu.

6.Mengetahui alam kehidupan jasmani
sebagai pijakan dasar yang tidak
boleh ditinggalkan selagi menjadi
manusia. Namun tujuh alam
kehidupan rohani juga harus kau
alami dan ketahui.

7.Untuk mengetahui kehidupan alam
rohani, dirimu harus memahami
sinandi Alas Ketonggo, yang
sesungguhnya kehidupan buwana
alit-mu.

8.Bukankah dirimu sering mengalami
kekosongan, keheningan dan
kesepian seperti di tengah hutan
lebat yang jauh dari aktivitas
manusia. Tentu di dalam kesepian,
kekosongan dan keheningan akan
menjumpai keramaian yang
melebihi aktivitas alam jasmani yang
senyatanya. Itulah pengertian dasar
Alas Ketonggo.

9.Kosong adalah isi, isi adalah kosong.
Maya itu katon dan katon itu maya.
Itulah pokok-pokok pengertian
rohani Alas Ketonggo yang
sesungguhnya menyimpan rahasia
atau tabir pengetahuan dan
pengertian untuk cerdas dan
tangkas menyikapi kehidupan
bersama.

10.Memahami sifat dan peran fenomena
energi hawa dan nafsu di dalam
kehidupanmu akan mengungkap
segala pencarian aktivitas keramaian
akan mendapatkan kesepian dan
mencari keheningan dan kesepian
akan mendapatkan keramaian.
Hanya orang yang beralaskan
kesadaran saja yang mampu
mengungkap rahasia itu.

11.Alas Ketonggo adalah ekspresi
kehidupan jiwamu yang terdapat
fenomena energi hawa dan nafsu
yang harus kau kendalikan dan kau
atur demi kebaikan hidupmu dan
sesamamu.

12.Fenomena energi hawa dan nafsu di
dalam jiwamu ada pada pikiran,
perasaan dan budimu yang syarat
dengan adanya kegiatan maya dan
samar seperti angan-angan,
harapan, khayalan, imajinasi dan
impian. Bukankah fenomena energi
itu seperti aktivitas makhluk halus di
alam maya atau alam rohani yang
sulit ditentukan oleh siapapun yang
tidak mengetahui dan
memahaminya.

13.Siapapun yang mampu menyatakan
segala perwujudan yang maya dan
samar maka disebut mengalami alas
ketonggo.

14.Melihat atau menyaksikan, mengalami
hingga terampil bertahan hidup di
alas ketonggo (jiwa) adalah yang
seharusnya kau alami dalam
kehidupanmu saat ini, agar dirimu
membuahkan cipta, rasa dan karsa
karya nyata untuk membangun
hidup dunia bagi sesamamu

15.Siapapun yang telah lulus dari alas
ketonggo akan menjadi pemimpin
bagi umat manusia dan segenap
makhluk hidup beserta alam
semesta ciptaan-Nya.

16.Jangan sampai hidupmu dikuasai oleh
jagat onggo-onggo atau jagatnya
para dedemit atau makhluk halus
yang serba menebar kebingungan,
kekhawatiran, ketakutan, mudah
heran (gumunan) tetapi kita yang
harus menguasainya. Oleh sebab
itu, kuasailah Alas Ketonggo
(jiwamu).

17.Menguasai Alas Ketonggo akan
memahami pengertian Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwataning Diyu,
agar dirimu tidak dikuasai oleh
mereka yang menguasai segala hal
yang samar atau yang tidak jelas,
seperti kekhawatiran, kebingungan,
ketakutan, dll.

18.Pada dasarnya ketakutan,
kekhawatiran, kebingungan dan
ketakutan hanyalah bagi siapapun
yang belum genap pengertian dan
pengetahuannya.

19.Selama dirimu mengalami ketakutan,
kekhawatiran dan kebingungan,
berarti dirimu masih dikuasai dan
dibelenggu oleh setan atau iblis
beserta walinya, yang berkarya
menguasai dan membelenggu
hidupmu.

20.Alas Ketonggo adalah sinandi bagimu
yang harus kau ketahui rahasianya,
agar dirimu genap disebut manusia
yang hidup karena titah Tuhan,
bukan hidup karena asal atau waton
hidup.

21.Siapapun yang belum memahami apa
yang tersirat dalam Alas Ketonggo
akan tersesat, karena sebuah dasar
pengetahuan pokok dalam
melakukan perjalanan hidup yang
sekaligus sebagai perjalanan rohani.

22.Sejarah serta jati diri dan identitas
bangsamu tersimpan memorinya di
dalam alas ketonggo. Dirimu akan
mengungkapnya dengan melihat
aktivitas leluhurmu di alam rohani
alas ketonggo.

23.Memasuki alas ketonggo akan
membuat dirimu cerdas,
berpengetahuan dan berpengertian
luas untuk menyelesaikan segala
permasalahan yang ada.

24.Bahkan segala pengetahuan yang telah
punah dan sirna oleh zaman masih
tersimpan rapi di alas ketonggo,
tentu mendapatkannya dengan
berinteraksi di dalam
pengetahuannya.

25.Siapapun yang berhasil mengupas
Alas Ketonggo akan menjadi sosok
pemimpin, sebab dengan
pengetahuan dan pengertiannya
akan membuahkan terang bagi
yang mengalami kegelapan
pengetahuannya dan menjadi
pembebas penderitaan.


26.Bangsa yang jaya tetap terus berjuang
menemukan dan mempertahankan
jati diri dan identitasnya, dengan
berjuang mencapai pencerahan atau
kemerdekaan menuju kedamaian,
ketentraman dan kemakmuran
baginya.


27.Bukankah kesengsaraan dan derita
adalah simbol daripada neraka dan
simbol kebahagiaan, kemerdekaan,
kebebasan, pencerahan,
kemakmuran, kedamaian dan
ketentraman adalah simbol surga


28.Satria piningit akan muncul dari alas
ketonggo, dengan tanda munculnya
bathok bolu isi madu adalah sinandi
bagi perjalanan rohani.


29.Bathok Bolu Isi Madu adalah makna
tersirat dalam Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwataning Diyu
yang diawali dengan pembukaan
delapan lubang atau pintu gerbang
energi kehidupan agar terbuka pintu
yang kesembilan.


30.Hanya Satria piningitlah dalam
pengertian tersirat yang mampu
membuka kedelapan pintu gerbang
atau yang disebut Bathok Bolu Isi
Madu.


31.Olehnya, ke delapan pintu gerbang
terbuka di dalam bathok bolu isi
madu oleh satria piningit, kemudian
satria piningit mampu membuka
pintu gerbang kedelapan, maka
satria piningit menjadi Ratu Adil.


32.Munculnya bathok bolu isi madu
sebagai tanda keberhasilan satria
piningit, jika berhasil membuka
pintu gerbang kebebasan dan
pencerahan hidup.


33.Pintu gerbang kesembilan jika terbuka
maka satria piningit akan
melepaskan ikatan duniawi lapis
tujuh, hingga disebut sebagai Ratu
Adil atau Hingkang Sinuwun atau
Ingsun.……


34.Satria piningit itu adalah dirimu atau
pribadi sejatimu atau roh sejatimu
yang menguasai hidupmu, yang
disebut Ingsun.


─╬─ Ҳҳ--GANKSHTE22--Ҳҳ ─╬─